Bincang APBN 2022: Siap Transisi ke Masa Endemik dengan APBN

Jakarta (18/10) - Masyarakat selaku pemilik serta pemangku kepentingan terbesar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) perlu lebih memahami fungsi dan manfaat APBN agar dapat bersama-sama melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan APBN. Dalam upaya edukasi publik, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) kembali mempersembahkan Bincang APBN untuk menyebarluaskan kebijakan Pemerintah yang tertuang dalam APBN 2022.

Webinar Bincang APBN 2022 bertajuk ‘Siap Transisi Ke Masa Endemi dengan APBN’ ini menghadirkan Kepala BKF Febrio Kacaribu dan lima orang panelis: Menteri Keuangan RI (2013-2014) Chatib Basri, Ekonom Senior dan Politikus Faisal Basri, Musisi HMGNC Dina Dellyana, CEO TaniHub Group Pamitra Wineka, dan Kepala Pusat Kebijakan APBN Ubaidi Socheh Hamidi.

“Fokus utama dalam APBN 2022 adalah: terus melanjutkan upaya penanganan pandemi COVID-19; menjaga keberlanjutan program perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dan rentan; memperkuat agenda peningkatan SDM yang unggul, berintegritas, dan berdaya saing; melanjutkan pembangunan infrastruktur, dan terus meningkatkan kemampuan adaptasi teknologi; terus memperkuat desentralisasi fiskal untuk peningkatan dan pemerataan kesejahteraan antar daerah; melanjutkan reformasi penganggaran dengan menerapkan zero based budgeting untuk menciptakan belanja negara yang efisien; sinergis antara pusat dan daerah-fokus pada prioritas dan berbasis hasil serta antisiapatif terhadap ketidakpastian,” jelas Febrio pada awal pidato utamanya.

Selanjutny Febrio menjelaskan indikator ekonomi Indonesia di tahun 2022. Perekonomian di Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,2%. Ini menggambarkan proyeksi pemulihan yang cukup kuat yang didukung oleh pertumbuhan investasi dan ekspor sebagai dampak dari pelaksanaan reformasi struktural. Inflasi diperkirakan akan berada di sekitar 3%, di mana sisi permintaan terus mengalami peningkatan dan adanya perbaikan daya beli masyarakat. Nilai tukar Rupiah di kisaran Rp14.350 dan Suku Bunga SUN 10 tahun di sekitar 6,8%. Hal ini mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia dan tentunya pengaruh dinamika global. Harga minyak mentah diperkirakan berkisar 63 USD/barrel, sementara lifting minyak di kisaran 703.000 barel/hari dan lifting gas bumi di 1.036.000 barel/hari.

Menanggapi indikator ekonomi yang sudah disepekati Pemerintah dan DPR, Chatib Basri menjelaskan, “Pemulihan ekonomi akan sangat tergantung bagaimana kemampuan menghadapi pandemi. Selama herd immunity belom rercapai, selama vaccine roll out belum mencapai 70-80%, pemulihan ekonomi akan digambarkan dalam kurva W. Naik-turun-naik-turun. Itulah yang membedakan negara seperti Indonesia dengan Amerika Serikat, Singapura, Australia, yang vaccine roll out nya sudah lebih dari 80%. Negara-negara tsb. pasti recoverynya akan lebih tinggi dari kita”.

Chatib menegaskan jika vaksinasi dapat dipercepat lagi hingga kuartal I tahun 2022, proyeksi target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,2% bukanlah suatu target yang berlebihan.

Tahun ini, selain webinar, Bincang APBN mempunyai agenda kegiatan baru: Ruang Tengah & Fiscal Lecture. Ruang Tengah merupakan inisiatif untuk memberikan ruang bagi profesional muda lintas sektor untuk menyuarakan pandangan & mengemukakan berbagai perspektif atas isu kebijakan publik di sebuah sesi diskusi dengan metode chatham house rules. Sedangkan Fiscal Lecture merupakan kelas pendalaman elemen-elemen dalam APBN 2022 dan akan mengombinasikan paparan dari pembicara internal Kementerian Keuangan dan ekonom atau akademisi serta diskusi studi kasus.