x

Makalah Kunci Menteri LHK pada GEF National Dialogue Initiative (NDI) Indonesia

22 September 2018

Makalah Kunci Menteri LHK pada GEF National Dialogue Initiative (NDI) Indonesia

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu
Syalom, Salam sejahtera bagi kita semua,
Oom swastiastu
Distinguished CEO GEF, Ms Naoko Ishii and the GEF team,
Good Morning Ladies and Gentlemen,
Bapak/ibu para peserta Dialog yang berbahagia,

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan YME, karena atas berkah dan rahmat-Nya kita dapat bertemu, sehingga pada hari ini dapat bersama-sama kumpul di ruangan ini dalam rangka pelaksanaan National Dialogue pada hari ini. Saya berharap dialog ini dapat memfasilitasi stakeholders Indonesia dalam mencapai target-target konvensi lingkungan hidup global serta mencapai tujuan prioritas pembangunan nasional, khususnya dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup, melalui Global Environment Facility (GEF) yang sudah memasuki fase ke-7 untuk periode 2018-2022.

Selamat datang kami sampaikan kepada Ms. Naoko Ishii, GEF CEO beserta Tim dari GEF Washington yang hadir bersama-sama kita disini untuk berinteraksi dan berdiskusi dalam rangka mendapatkan kesepahaman atas program dan prioritas pemanfaatan sumberdaya GEF untuk mendukung upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup yang pada akhirnya akan memberikan dampak dan manfaat bagi keberlanjutan lingkungan hidup global. Selain itu, saya menyampaikan apresiasi atas dukungan GEF untuk Indonesia, sejak siklus awal GEF tahun 1991-1992.

Ms. Ishii,

At this important event, let me congratulate you on the successful of the 6th GEF Assembly held in Da Nang Vietnam back last June 2018 as well as the GEF-7 Replenishment. The Assembly successfully brought all stakeholders has come together and sent a strong message to the world that we need to pursue transformational change and must work together to protect the environment.

Recognizing the continuous support of the GEF for countries to meet objectives and targets of the safeguarding global commons, Indonesia believe the successful GEF-7 replenishment, where countries pledged US$4.1 billion, indeed, a sign of enhanced global commitment in safeguarding the global commons, and also a sign of confidence in the GEF’s ability to continue assist countries catalyze transformational change. I see this National Dialogue Initiative is timely, after the Launch of GEF-7 in July 1, 2018, Indonesia would like to ensure active engagement of stakeholders at the earliest stage of GEF-7 period of 2018-2022.

Hadirin yang terhormat,

Sumber pembiayaan melalui GEF, sebagai mekanisme pendanaan bagi beberapa konvensi lingkungan global, perlu dimanfaatkan secara efektif dan tepat sasaran. Pemanfaatannya harus sejalan dengan prioritas dan sasaran yang diamanatkan oleh berbagai konvensi lingkungan hidup global, serta prioritas nasional. Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin disampaikan bahwa komitmen Indonesia dalam melakukan berbagai kebijakan dan program untuk memenuhi tujuan konvensi yang telah diratifikasi sangat tinggi dan kami optimis ke depan Indonesia akan semakin baik dalam pengelolaan lingkungan. Indonesia sudah menjalankan program konservasi keanekaragaman hayati, pengurangan degradasi lahan, penghapusan penggunaan bahan perusak ozon, dan pengendalian dampak perubahan iklim.

Ms. Ishii
Hadirin, peserta NDI yang berbahagia,

Tekanan pertumbuhan penduduk dunia dan kemajuan pembangunan mempengaruhi lingkungan dan sumber daya alam. 17 tujuan SDGs mencerminkan upaya global untuk mengendalikan dan memulihkan lingkungan. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang cepat dan peningkatan pendapatan per kapita mempercepat permintaan global dan konsumsi produk dan jasa hutan dan tekanan pada hutan, merusak habitat spesies endemik, menurunkan keanekaragaman hayati, dan mengganggu ekosistem dan fungsi-fungsi alam seperti dalam mengatur sistem pendukung kehidupan, sebagai pembawa media, sebagai bahan produksi serta pada fungsi informasi seperti untuk spiritual / penyembuhan. Indonesia semakin gencar memajukan pembangunan sambil mengatasi tantangan lingkungan. Kebijakan nasional kami tentang pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan sejalan dengan tujuan SDGs.

Sejak adopsi SDGs pada bulan September 2015, Indonesia telah memulai tindakan nyata, termasuk menghubungkan sebagian besar target dan indikator SDG ke dalam rencana pembangunan jangka menengah Indonesia (RPJMN), termasuk sektor lingkungan hidup dan kehutanan, menindaklanjuti konvergensi yang kuat antara SDGs, sembilan agenda presiden prioritas “Nawa Cita” dan RPJMN.
Sebagai contoh, sehubungan dengan SDG 8 (decent work and economic growth), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan fokus pada kontribusi hutan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan ekowisata berkelanjutan di 54 (lima puluh empat) Taman Nasional di Indonesia. Selain itu, sektor kehutanan juga menyediakan akses ke kesejahteraan material melalui penyediaan hak pengelolaan hutan dengan pertimbangan keberlanjutan dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan melalui agroforestri, agro-silvopasture, agro-silvofishery, dan peningkatan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu seperti madu dan rotan.

Dalam hal SDG 13 (Climate Action), Pemerintah Indonesia meratifikasi Perjanjian Paris, dan kemudian memasukkannya ke dalam Undang-Undang No. 16 tahun 2016 tentang Ratifikasi Perjanjian Paris ke Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim. Komitmen untuk mengurangi emisi dari gas rumah kaca telah ditegaskan kembali dalam Kontribusi Nasional Indonesia (NDC), di mana target 2030 yang disetujui Indonesia untuk mengurangi emisi adalah 29 persen melalui upaya sendiri, dan hingga 41 persen tergantung pada tingkat kerjasama internasional. Pengurangan yang paling signifikan akan dicapai di sektor kehutanan, dengan pengurangannya berkontribusi 17,2 persen dari 29 persen pengurangan emisi unconditional, dan 23 persen dari 41 persen pengurangan emisi conditional.

Dalam kaitannya dengan SDG 15 (Life on Land), pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan mendukung sekuritas pangan, energi dan air dengan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya dimaksud. Pasokan air dan energi, seperti panas bumi dan tenaga air, membutuhkan tutupan hutan yang baik untuk kelestariannya. Berkat penguatan kebijakan dan upaya bersama, Indonesia telah berhasil mengurangi laju deforestasi dalam 3,5 tahun terakhir menjadi sekitar 0,45 juta ha per tahun, dibandingkan dengan laju deforestasi rata-rata tahun 1990 – 2012 yang mencapai 0,92 juta ha. Dalam mengurangi dan bahkan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati, KLHK telah memperkuat manajemen kawasan lindung dan menggeser pendekatan untuk mengelola daerah agar lebih kolaboratif dan partisipatif. Indonesia juga telah meratifikasi dan mengambil langkah-langkah konkret untuk sejumlah perjanjian yang terkait dengan Konvensi Keanekaragaman Hayati. Selanjutnya, KLHK fokus pada pelestarian keanekaragaman hayati dan pemanfaatan berkelanjutan melalui bioprospecting untuk obat-obatan dan kosmetik.

Hadirin yang berbahagia,

Indonesia secara konsisten melanjutkan upaya untuk menerapkan manajemen limbah padat berkelanjutan dengan mengadopsi ekonomi sirkular dan Konvensi Minamata yang telah diratifikasi untuk eliminasi lebih lanjut dan pengurangan penggunaan merkuri.

Contoh-contoh yang saya sebutkan tadi menunjukkan bahwa pergeseran besar terjadi di Indonesia menuju perspektif baru keberlanjutan. Di masa lalu, kebijakan dan tindakan terutama ditujukan untuk mencapai produksi hutan lestari semata. Sekarang, perspektifnya bergeser ke arah menyeimbangkan nilai-nilai perkembangan sosial, lingkungan dan ekonomi untuk kepentingan negara dan warga negara. Orientasi telah pindah dari manajemen berorientasi kayu ke pengelolaan lanskap hutan. Pemerintah juga telah mengambil kebijakan korektif untuk menyelaraskan kebijakan dan peraturan kehutanan dengan visi nasional dan rencana pembangunan dan dengan komitmen internasional, termasuk SDG, Perjanjian Paris, UNCBD, UNCCD serta Konvensi Bahan Kimia dan Limbah.

Ms. Naoko Ishi,
Hadirin yang saya hormati

Indonesia menyambut baik dimulainya siklus GEF ke 7 (GEF-7) yang mengedepankan program yang lebih integratif, inovatif dan menuju perubahan transformasional. Hal tersebut sejalan dengan pergeseran arah dan orientasi kebijakan yang dilakukan oleh Indonesia.

Saya menggarisbawahi pentingnya National Dialogue ini, yang melibatkan berbagai kementerian dan lembaga terkait, masyarakat dan swasta untuk bisa bersinergi bersama, guna mencapai tujuan-tujuan pengelolaan lingkungan hidup, di tingkat nasional dan berkontribusi pada tingkat global. Apresiasi yang sama juga kami sampaikan kepada lembaga swadaya masyarakat, dan Lembaga internasional sebagai GEF Implementing Agencies yang telah bekerja sama dan mendukung pelaksanaan program GEF di Indonesia.

Saya juga menyampaikan apresiasi kepada Global Environment Facility yang memberikan kepercayaan pada Indonesia untuk mendorong program-program prioritas nasional dan tujuan konvensi internasional, yang dalam GEF-7 ini merupakan salah satu dari negara yang memperoleh alokasi terbesar dari sumber daya GEF-7.

Kesempatan yang baik tersebut patut kita optimalkan untuk menjawab tantangan pemerintah Indonesia yang semakin besar dengan beragamnya permasalahan lingkungan dalam memenuhi kewajiban atau target yang disepakati pada masing-masing konvensi. Utamanya karena tantangan di bidang lingkungan bersifat lintas sektor dan lintas dimensi waktu sehingga solusi dan inovasi juga harus dilakukan secara bersama sama, baik kerjasama antar kementerian, lembaga pemerintah di pusat dan daerah, masyarakat dan dunia usaha. Pada GEF-7 ini saya memahami bahwa peran dunia usaha akan semakin signifikan, kami menyambut baik atas inisiatif tersebut karena program prioritas Indonesia adalah milik semua, tidak hanya Pemerintah, namun juga masyarakat, termasuk dunia usaha. Ke depan, dunia usaha yang akan menjadi katalisator dalam pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Pertemuan National Dialogue Initiative ini merupakan momentum yang baik dan tepat untuk saling berbagi informasi serta membangun pemahaman bersama terhadap program prioritas nasional, tujuan-tujuan konvensi, program GEF dan tantangan-tantangan pengelolaan lingkungan di lapangan. Saya mengharapkan dialog seperti ini terus dilakukan meskipun tidak dalam forum formal. Manfaat dukungan pembiayaan melalui GEF-7 perlu ditingkatkan. Dalam bulan-bulan mendatang, beberapa konvensi lingkungan hidup akan menyelenggarakan Pertemuan Para Pihak, yakni bulan November 2018 akan ada the 14th Meeting of the Conference of the Parties (COP 14) to the Convention on Biological Diversity di Mesir, serta COP 2 Minamata Convention on Mercury di Jenewa, Swiss. Sedangkan pada Desember 2018 akan diselenggarakan COP 24 to the United Nations Framework Convention on Climate Change dan The Katowice Climate Change Conference di Polandia. Saya meminta GEF dapat terus mempekuat dukungannya bagi negara-negara pihak, selain itu saya juga meminta para National Focal Point nantinya dapat memberikan update hasil-hasil pertemuan tersebut kepada para pemangku kepentingan sebagai arahan untuk penyempurnaan program-program yang akan dilaksanakan dalam GEF-7 di tahun 2018-2022.

Hadirin yang saya hormati,

Pada akhirnya, saya minta seluruh peserta NDI untuk berperan aktif dan berkontribusi positif dalam pertemuan ini untuk mendukung fasilitasi global membantu memprioritaskan kegiatan-kegiatan lingkungan hidup sehingga peran dan kontribusi kita semakin nyata untuk kelestarian lingkungan global.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia

Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc.