Sebagai sumber pembiayaan iklim terbesar di dunia, keunggulan pendanaan Green Climate Fund (GCF) berada pada sifatnya yang fleksibel dalam membantu negara berkembang mewujudkan berbagai rencana program penanggulangan dampak perubahan iklim menjadi aksi nyata. Disebut unik karena GCF mampu memobilisasi dana dari sektor publik (pemerintah) dan swasta, melibatkan aktor dari berbagai sektor, dan bisa menawarkan kombinasi dari berbagai instrumen pembiayaan mulai dari pinjaman, ekuitas, garansi, dan hibah untuk memberikan solusi khusus mengatasi halangan investasi untuk proyek perubahan iklim.
Tata kelola GCF menyediakan kerangka kerja yang luas dan arahan yang umum sehingga dewan pengelola lembaga tersebut memiliki kebebasan dalam mengalokasikan dana iklim yang komitmennya kini telah mencapai US$10,3 miliar. Dalam menjalankan diskresi tersebut, anggota Dewan GCF bertanggung jawab dalam membuat kebijakan yang menjamin tercapainya tujuan utama dana iklim ini yaitu mempromosikan perubahan paradigma menuju pembangunan berkelanjutan yang tahan perubahan iklim.
Fleksibilitas GCF ini bisa terlihat dari pihak yang bisa mengakses dana tersebut, jenis instrumen pembiayaan yang disediakan, jenis proyek yang dibiayai, dan pendekatan yang dipakai tiap negara dalam menjalankan proyek iklim termasuk dalam menentukan jenis program dan proyek yang menjadi prioritas (country ownership). Ini karena setiap negara memiliki tantangan yang berbeda-beda dengan keunikan tersendiri dalam menjalankan upaya mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.
Selain itu, berbagai pihak bisa mengakses dana iklim GCF mulai dari sektor publik, sektor swasta, lembaga pembangunan (development agencies), perbankan komersial, sampai lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk membiayai implementasi proyek dan program yang memberi kontribusi pada upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara berkembang. Di sektor publik, layanan GCF bahkan diperluas tak hanya bagi institusi pemerintahan, namun juga bagi badan usaha milik negara (BUMN).
Sektor swasta menjadi salah satu aktor kunci yang harus dilibatkan dalam upaya mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim. Meskipun GCF merupakan dana iklim terbesar, tetap saja tak bisa menyaingi sumber daya finansial yang tersedia di sektor swasta. Karena itu, GCF menggandeng dunia usaha swasta untuk memobilisasi investor institusional global untuk turut serta membiayai proyek iklim, sembari mendorong pihak swasta di negara berkembang menyediakan solusi program iklim yang bisa dibiayai.
Dari kolaborasi inilah GCF bisa menawarkan tak hanya beragam instrumen pembiayaan seperti disebut di atas, melainkan juga mekanisme pembiayaan dan layanan yang unik dan fleksibel, antara lain investasi de-risking, bundling proyek-proyek berskala kecil ke dalam portofolio yang menarik bagi investor institusi, mendukung pengembangan kapasitas bagi lembaga-lembaga di negara berkembang agar mampu mengakses dana GCF, serta membantu pengembangan skema kemitraan pemerintah dan badan usaha (public private partnership).
GCF memberikan kebebasan kepada setiap negara untuk menyusun daftar sektor-sektor prioritas yang akan didanai dari dana iklim global. Untuk Indonesia, berdasarkan dokumen Country Programme yang disusun Badan Kebijakan Fiskal selaku National Designated Authority GCF, sektor yang diprioritaskan adalah:
MITIGATION
Hutan dan pemanfaatan lahan
Pertanian
Energi transportasi
Pengolahan sampah/limbah
Proses industrial dan pemanfaatan produk
ADAPTATION
Ketahanan ekonomi
Ketahanan sosial dan penghidupan
Ketahanan ekosistem dan lanskap
Para pemangku kepentingan di Indonesia bisa memilih salah satu sektor tersebut dalam menyusun rencana kerja program mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim untuk mengakses dana GCF.
Pembiayaan yang disediakan GCF tak hanya beragam, tetapi juga memberi peluang untuk pengembangan skala proyek menjadi lebih besar. Dalam sebuah laporan evaluasi kinerja GCF pada September 2019, salah satu pemangku kepentingan mengapresiasi keunikan GCF sebagai mitra dalam pembiayaan iklim, yaitu tak hanya mampu membiayai agar sebuah ide untuk mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim bisa menjadi solusi tetapi juga membuat solusi tersebut pada akhirnya secara mandiri mampu membiayai diri sendiri.
Jadi, tunggu apa lagi? Segera sampaikan ide Anda yang mampu mendukung rencana dan prioritas aksi iklim.