logo-kmu
logo-kmu
  • FAQ
  • Pengajuan
  • Kontak
x
Perpustakaan / Publikasi
publikasi

Pembelajaran dari GCF Regional Programming Dialogue untuk Negara-Negara di Asia Pasifik

Sebagai mekanisme pendanaan iklim terbesar di dunia, penting bagi Green Climate Fund (GCF) untuk menyesuaikan proses bisnisnya dengan kebutuhan negara-negara yang dituju, yaitu negara berkembang. Rasa kepemilikan yang kuat dari negara – negara berkembang merupakan aset besar bagi GCF yang tidak dimiliki oleh mekasime pendanaan iklim lainnya. Dalam rangka menyediakan platform bagi pemangku kepentingan untuk memperkuat relasinya dengan GCF dan mitra terkait, GCF menyelenggarakan Regional Programming Dialogue, termasuk dengan negara-negara di Asia Pasifik. Pertemuan ini diadakan pada 7-11 Agustus, 2023, di Songdo, Republik Korea. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mengidentifikasi inisiatif mitigasi dan adaptasi iklim dan berbagi pembelajaran berdasarkan pengalaman untuk memperkuat dampak dari program dan proyek yang didanai oleh GCF di regional Asia Pasifik.

Indonesia yang diwakili oleh Badan Kebijakan Fiskal selaku National Designated Authority (NDA) GCF di Indonesia, bersama dengan Entitas Terakreditasi, PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) dan Kemitraan, turut menghadiri acara ini.

Dari rangkaian pertemuan tersebut, terdapat beberapa informasi terkait sektor potensial dan beberapa program baru yang akan dimulai pada tahun 2024 mendatang. Informasi ini dapat menjadi panduan bagi NDA, pihak yang ingin mengajukan proyek, dan calon entitas terakreditasi dalam mengakses pendanaan GCF kedepannya.

A. Meningkatnya fokus dukungan terhadap entitas nasional untuk mengakses GCF

Rencana Strategis GCF 2024-2027 yang telah diadopsi pada pertemuan Dewan ke-36 (B.36) menyebutkan bahwa GCF akan meningkatkan dukungan kesiapan untuk entitas nasional. Hal ini meliputi proses akreditasi dan juga pengembangan proyek. Ke depannya, selain dana hibah melalui mitra pelaksana, NDA juga dapat mengakses dukungan teknis dari GCF yang bersifat ad-hoc. Dukungan ini dapat berupa pendampingan untuk Entitas Terakreditasi Langsung (Direct Access Entity/DAE) yang potensial dalam mempersiapkan proses pengajuan akreditasi, atau penyusunan proposal proyek. Saat ini GCF juga sedang mempersiapkan jendela dukungan kesiapan baru yang dapat diakses langsung oleh DAE. Jendela pendanaan ini akan dibahas pada B.37 mendatang.

B. Meningkatnya fokus terhadap proyek adaptasi dan lintas sektor guna mencapai portfolio pendanaan yang seimbang

Hingga saat ini, porsi pendanaan mitigasi di GCF masih mendominasi. Dalam Rencana Strategis GCF 2024-2027, GCF menyatakan bahwa mereka akan mengatasi kebutuhan adaptasi dan resilensi yang mendesak. Selain itu, GCF juga menyebutkan aktor lokal sebagai target penerima pendanaan. Contohnya adalah petani skala kecil untuk dapat mengadopsi praktik pertanian dan perikanan yang tahan iklim dan rendah emisi, yang juga akan mengamankan mata pencaharian dan memperbaiki sistem pangan.

C. Sektor Potensial di Indonesia

Dokumen-dokumen acuan nasional terkait perubahan iklim seperti yang telah dikeluarkan oleh Bappenas dan Kementerian Lingkungan Hidup dapat menjadi panduan bagi penyusun proyek yang potensial, karena prinsip GCF yang “country-driven”. Namun setelah berdiskusi, ada beberapa sub sektor di Indonesia yang sejalan dengan Rencana Strategis GCF 2024-2027. Beberapa sub sektor yang dapat dipertimbangkan menurut GCF seperti:

kegiatan adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir,
pengembangan atau pengamanan infrastruktur yang tahan iklim,
efisiensi energi dan transportasi. Salah satu contohnya adalah green shipping, mengingat kondisi geografis Indonesia yang berupa negara kepulauan
Memperluas akses terhadap energi terbarukan dengan harga terjangkau dan dapat diandalkan, terutama di area paling sulit dijangkau.

D. Sinergi antar proyek

GCF senantiasa mendorong adanya program dengan skala yang lebih luas dan strategis. Saat ini, Indonesia memiliki beberapa pipeline proyek dalam satu lingkup result area. Untuk memastikan adanya sinergi dan meningkatkan strategi negara dalam mengakses pendanaan GCF, perwakilan GCF akan memberikan pendampingan advis secara langsung, melalui kunjungan ke negara mitra seperti Indonesia.

Langkah ke Depan

Pertemuan Regional Programming Dialogue menghasilkan banyak pembelajaran yang dapat ditelaah kembali oleh pemangku kepentingan, baik entitas terakreditasi, pengaju proyek, ataupun yang ingin menjadi mitra dari proyek GCF. NDA juga memiliki beberapa strategi di bawah Program Kesiapan Fase Ketiga yang sejalan dengan beberapa fokus baru dari GCF. Strategi tersebut di antaranya adalah memfokuskan dukungan untuk entitas nasional, meningkatkan sinergi antar proyek, serta mengembangkan concept note dengan pendekatan programmatic. Hal ini harapannya dapat membantu Indonesia mencapai target iklim nasional.

Hastags :