logo-kmu
logo-kmu
  • FAQ
  • Pengajuan
  • Kontak
x
Pembaruan / Berita

Beralih dari GCF-1 Menuju GCF-2

Portfolio pendanaan Green Climate Fund (GCF) dari tahun 2020-2023 digerakkan oleh kontribusi keuangan dari negara-negara maju yang dikumpulkan melalui periode replenishment pertama (GCF-1). Setelah memobilisasi dana sebesar USD 10 miliar dalam GCF-1 dan berinvestasi dalam proyek-proyek iklim senilai lebih dari USD 40 miliar, termasuk co-financing, periode pengisian yang baru akan segera dimulai dengan aliran pendanaan baru dan prioritas yang diperbarui. Risiko perubahan iklim menjadi ancaman yang lebih besar dari sebelumnya, dan periode replenishment kedua (GCF-2) akan menjadi komponen yang penting untuk mengkatalisasi pendanaan iklim yang lebih kuat di dunia dan Indonesia. Dalam menyambut GCF-2, penting untuk melihat kembali secara singkat prioritas-prioritas pendanaan pada periode ini dan bagaimana hal tersebut berdampak pada kegiatan GCF di Indonesia beberapa tahun silam.

Rencana strategis GCF selama GCF-1 berkisar pada empat prioritas utama, yaitu memperkuat country ownership, mendorong portofolio proyek yang mengubah paradigma publik terkait kegiatan iklim, mengkatalisasi kontribusi keuangan sektor swasta dalam skala besar, dan meningkatkan akses terhadap sumber daya GCF. National Designated Authority (NDA) GCF di Indonesia telah merefleksikan prioritas-prioritas tersebut dalam tujuan dan kegiatannya, terutama melalui keluaran Program Kesiapan III. Kegiatan prioritas Indonesia yaitu memperbaiki keseimbangan alokasi pendanaan di berbagai sektor prioritas, jumlah nota konsep dan proposal berkualitas yang diajukan oleh Entitas Terakreditasi Langsung (Direct Access Entities/DAE) nasional, dan keterlibatan sektor swasta, di mana semuanya sejalan dengan prioritas GCF-1.

Sejak awal GCF-1, NDA telah menyediakan bantuan teknis proses secara berlanjut kepada DAE saat ini maupun yang potensial dalam proses akreditasi dan kegiatan peningkatan kapasitas yang berkaitan, dengan tujuan untuk memperkuat kepemilikan negara. NDA saat ini bekerja sama dengan beberapa lembaga jasa keuangan yang dinominasikan menjadi DAE untuk mengasah kapasitas mereka dalam persiapan akreditasi GCF. Forum-forum Tinjauan Partisipatif Tahunan (APR), lokakarya nasional dan regional, dan beberapa pertemuan koordinasi juga dilakukan di seluruh Indonesia untuk menginformasikan kepada berbagai pemangku kepentingan mengenai sumber pendanaan iklim internasional, seperti GCF. Selain itu, NDA telah melakukan tindakan awal untuk memilih sektor prioritas untuk mengakses pendanaan GCF dalam waktu dekat, sebuah langkah yang sangat diperlukan untuk menyeimbangkan sektor-sektor di Indonesia.

Di GCF-1, Indonesia berkontribusi USD 500.000 kepada USD 9.9 milyar total komitmen dari negara. Dua kali lebih besar dari jumlah yang dikontribusikan pada Initial Resource Mobilisation. Di GCF-1 Kerajaan Britania adalah donor terbesar, diikuti Perancis dan Jerman. GCF-2 diluncurkan pada Juli 2022 pada Pertemuan Dewan GCF ke-33. Konferensi pengumuman komitmen diadakan pada 5 Oktober 2023dan telah menerima komitmen dari Jerman, Austria, dan Republik Ceko.

Periode pengisian pertama telah membuka jalan bagi GCF dan Indonesia untuk memahami isu-isu inti dalam pendanaan aksi iklim. Seiring dengan semakin banyaknya negara maju yang mulai memberikan komitmen pendanaan dan strategi mulai dirumuskan untuk GCF-2, NDA bertujuan untuk terus membangun momentum dari prioritas dan kegiatan GCF-1 di Indonesia di bawah naungan pendanaan yang baru.