logo-kmu
logo-kmu
  • FAQ
  • Pengajuan
  • Kontak
x
Pembaruan / Berita

Indonesia Membutuhkan US$4,4T untuk Mencapai Target Perubahan Iklim

JAKARTA (TheInsiderStories) – Indonesia membutuhkan dana lebih besar untuk mencapai target perubahan iklim di masa depan. Sebagai target kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC), Indonesia membutuhkan US$247 miliar untuk transisi. Tetapi di tingkat global, dengan perhitungan pendanaan rata-rata yang mengacu pada NDC, Indonesia membutuhkan investasi $4,4 triliun, kata seorang menteri senior, Senin (15/7).

Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro, itu karena Indonesia diprediksi akan mengalami dampak perubahan iklim yang lebih dramatis pada 2100, di mana suhu negara akan meningkat 1,5 Celsius dan cuaca ekstrem akan semakin intens.

Dia menggarisbawahi, Indonesia akan mengalami bencana hidro-meteorologi seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, berkurangnya produksi pertanian, dan terbatasnya area penangkapan ikan bagi para nelayan, jika tidak diantisipasi dengan cepat dan tepat.

“Jika dibiarkan, kondisi ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya di sela-sela sesi Peran Green Climate Fund dalam Melaksanakan Perjanjian Paris dan Agenda 2030 yang diadakan dalam kerangka kerja Forum Politik Tingkat Tinggi PBB 2019 di New York, Amerika Serikat.

Indonesia telah berkomitmen untuk pembangunan rendah karbon, katanya, tetapi transisi ke visi itu dan tindakan responsif lainnya terhadap perubahan iklim membutuhkan investasi besar, mengingat pada 2018, alokasi anggaran untuk tindakan perubahan iklim tercatat hanya $9,3 miliar. Untuk alasan ini, tahun ini, Indonesia menerbitkan Sukuk hijau senilai $1,25 miliar.

Karena itu, Indonesia masih membutuhkan investasi dari lembaga pendanaan iklim terbesar, Dana Iklim Hijau (GCF). Baru-baru ini, GCF telah mendukung tiga proyek di Indonesia, yaitu Mitigasi Risiko Sumber Daya Panas Bumi yang berpotensi mengurangi 112,2 juta ton karbon dioksida per tahun dengan total pendanaan $410 juta.

Selain itu, pengembangan Bus Rapid Transit di Semarang dengan total hibah GCF sebesar $788 ribu berpotensi mengurangi 210 ribu ton karbon dioksida per tahun. Serta Iklim Investor One, yang telah setuju untuk menyediakan $100 dengan pembiayaan bersama sebesar $721,5 juta. Proyek ini akan menyediakan dana untuk proyek-proyek energi terbarukan yang diharapkan dapat mengurangi 53,7 juta ton karbon dioksida per tahun.

Untuk mencapai target perubahan iklim, Indonesia telah berkomitmen untuk menerapkan dua skenario besar. Dalam skenario moderat, prediksi PDB Indonesia dapat dipertahankan pada 5,3 persen dan mengurangi emisi rumah kaca sebesar 29 persen di 2045. Sementara itu, skenario yang lebih ambisius memperkirakan pertumbuhan PDB hingga 6 persen di 2045 dengan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 41 persen di 2030.

Pada dasarnya, ia mengungkapkan, kondisi itu sesuai dengan pembahasan Laporan Khusus tentang Pemanasan Global, sebuah laporan komprehensif yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada Oktober 2018.

Laporan tersebut meninjau tentang pembatasan peningkatan pemanasan global 1,5 Celsius membutuhkan transisi cepat dan luas, baik penggunaan energi, pengelolaan lahan, pembangunan infrastruktur perkotaan berkelanjutan, termasuk transportasi, bangunan, dan sistem industri.

Indonesia hanya memiliki 11 tahun lagi untuk mencapai target pencegahan pada 2030. Studi kementerian menunjukkan bahwa Indonesia memiliki setidaknya 18.000 kilometer garis pantai yang termasuk dalam kategori wilayah rentan yang terkena dampak.

Sementara di sektor maritim, dampak perubahan iklim dapat dilihat dari proyeksi kenaikan suhu permukaan laut sebesar 0,25 derajat Celcius pada periode 2006-2040, serta gelombang ekstrem. Kondisi ini akan mempengaruhi keanekaragaman hayati, menyebabkan terumbu karang memutih, dan berdampak pada kehidupan laut pesisir, ia mengakhiri.

Theinsiderstories.com / Desk Editor Insider
https://theinsiderstories.com/indonesia-needs-us4-4t-to-reach-climate-change-targets/