logo-kmu
logo-kmu
  • FAQ
  • Pengajuan
  • Kontak
x
Pembaruan / Berita

“Memoles” Ide Adaptasi Iklim Indonesia

Hingga kini, sektor adaptasi perubahan iklim masih membutuhkan dukungan lebih besar dalam hal peningkatan jumlah dan skala kegiatannya. Green Climate Fund (GCF) selalu berupaya untuk memiliki portofolio pendanaan yang sepadan antara mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Mengingat tren minat pasar yang masih condong terhadap proyek mitigasi hingga saat ini, proyek adaptasi perlu mendapatkan dorongan yang lebih kuat.

National Designated Authority (NDA) GCF Indonesia yang didukung oleh Global Green Growth Institute melihat tantangan ini dan mengadakan pelatihan tentang Mengembangkan Ide Konsep untuk Green Climate Fund: Ketahanan Kota di Indonesia Dalam Perubahan Iklim. Pelatihan ini dapat diimplementasi secara sukses berkat kolaborasi dengan Asian Institute of Technology, Thailand dengan dukungan pendanaan dari Kementerian Lingkungan Jepang. Acara ini diselenggarakan pada 12-16 Juni 2023 dan dihadiri oleh beberapa pengusul proyek GCF dari beberapa kota yang berbeda, yang bertemakan adaptasi.

Salah satu tantangan dalam menyusun ide konsep yang baik untuk proyek adaptasi adalah membangun rasionalisasi iklim yang kuat. Pelatihan ini mengulas beberapa aspek penting untuk membangun ide konsep seperti identifikasi masalah yang didasari oleh perubahan iklim, Theory of Change, kerangka kerja logis, serta bagaimana mengarusutamakan aspek Gender dan Inklusi Sosial (GESI) ke dalam ide proyek.

Indonesia telah menetapkan empat sektor prioritas dalam adaptasi yaitu air, pertanian, laut dan pesisir, serta kesehatan. 30 peserta pelatihan ini terdiri dari perwakilan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, NGO, Institusi perbankan, serta mitra-mitra lokal yang turut terlibat dalam pengembangan proyek di sektor air, kesehatan, serta pertanian. Proyek-proyek adaptasi iklim ini didorong oleh kebutuhan daerah yang mendesak, baik itu dari sisi urgensi adanya intervensi untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang semakin nyata, maupun kebutuhan pendanaan.

Salah satu peserta dari Pemerintah kota Pekalongan, Slamet Miftakhudin mengungkapkan, “30% dari area kota Pekalongan rutin terdampak banjir rob dan diprediksi akan tenggelam di tahun 2035”. Ia menekankan urgensi adanya intervensi di kota Pekalongan yang membutuhkan dana besar dan perlu mengakses pendanaan alternatif seperti GCF.

Selain itu, perwakilan dari Kementerian Kesehatan juga menyampaikan inisiatif yang sudah dikerjakan pemerintah dan potensinya untuk ditingkatkan dengan dukungan dana dari GCF. Indah Hidayat dari Direktorat Penyehatan Lingkungan mengungkapkan, “terkait kegiatan perubahan iklim, kami sudah menyiapkan fasilitas pelayanan kesehatan di daerah berisiko tinggi, inisiatif program sanitasi berbasis risiko penyakit yang diakibatkan oleh iklim seperti demam berdarah, dan promosi kesehatan di daerah berisiko tinggi (iklim)”.

Pelatihan kali ini berusaha merangkul berbagai jenis pemangku kepentingan, termasuk yang belum memiliki ide konsep, namun sedang dalam proses menjadi lembaga terakreditasi GCF. Murni Hernawati dari Bank CIMB Niaga menyampaikan apresiasinya terhadap pelatihan ini, “pelatihan ini sangat bermanfaat karena merupakan pertama kalinya dimana perbankan nasional berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan nota konsep GCF”. Keberadaan Bank CIMB Niaga dalam pelatihan ini membuka potensi pengembangan proyek adaptasi nasional secara komersil. Serta semakin mendorong keterlibatan perbankan nasional dalam pendanaan GCF secara umum.

Selain GCF, terdapat beberapa focal point pendanaan iklim lainnya yang berpartisipasi dalam acara ini, seperti Global Environment Facility (GEF) dan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH). Mereka hadir untuk menyampaikan informasi alternatif pendanaan atau melengkapi pendanaan GCF yang sedang diajukan. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan pendanaan adaptasi iklim di Indonesia dapat terkatalisasi.

Hastags :