Implementasi Teknik Silvikultur Intensif pada Hutan Alam Produksi Indonesia 2045

Penulis: Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral (2014)

Kajian Road Map Implementasi Teknik Silin pada hutan alam  produksi  Indonesia  merupakan kajian yang berisikan peta jalan dan arahan (direction) bagi usaha pengembangan hutan alam  produksi  yang  bersifat  strategis,  berskala besar,  dan  memiliki jangka waktu yang panjang. Di dalam kajian ini disusun jalur-jalur (paths) pengembangan yang apabila diikuti akan membawa pelaku (stake holder) di industri hutan alam produksi mencapai tujuan pengembangan yang telah ditetapkan. Jalur-jalur ini  disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan berbagai faktor yang melekat pada  konteks, situasi, dan lingkungan  pengembangan, sehingga dapat mengantarkan pada  pencapaian tujuan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi. Efektivitas dan  efisiensi dicapai melalui proses pengembangan yang terukur dan sistematis. Terdapat 3 prinsip dasar yang dipergunakan dalam menyusun langkah dan tahapan pengembangan Road Map ini, yaitu:

1. Perencanaan yang realistis;

2. Implementasi yang terukur; dan

3. Kontinuitas antar kegiatan yang terjaga.

Poin pertama terkait prinsip perencanaan yang realistis, dimana sasaran pengembangan dan langkah-langkah yang akan dilaksanakan harus bisa dicapai dari kondisi saat ini.   Implementasi Teknik Silin pada Sistem TPTJ dilakukan secara iterative melalui beberapa  tahapan, dan tiap tahapan dijalankan berdasarkan kondisi  saat ini  (existing  condition).  Tiap tahapan memiliki target-target tertentu, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan  berusaha  membawa  dari  kondisi baseline ke pencapaian target-target tersebut. Prinsip  berpegang pada  realitas  menjamin  tiap langkah didasarkan pada kondisi yang sebenarnya, sehingga  tiap  kegiatan  yang  dilakukan  selalu relevan  (tidak  mengada-ada). Implementasi prinsip ini mensyaratkan kemampuan untuk “memotret” kondisi pada satu  periode waktu tertentu, menyusun target-target yang achievable, dan merencanakan kegiatan- kegiatan yang  efektif   dalam  mencapai  target-target tersebut.  Pengembangan  yang  bersifat  iteratif juga  mensyaratkan  penahapan  yang  optimum, dalam  arti  tahap-tahap  yang  ditetapkan  mampu menghadirkan  efek  peningkatan  utilisasi implementasi  teknik Silin  pada  hutan  alam produksi  Indonesia  yang  optimum.  Artinya, meskipun pengembangan Teknik Silin pada hutan alam produksi Indonesia masih berlangsung (sebagai contoh pada tahap awal baru diterapkan pada sistem TPTJ), hasil-hasil yang diperoleh saat itu telah bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Poin kedua terkait prinsip implementasi yang terukur, dimana prinsip ini digunakan untuk  keperluan pemantauan (monitoring) dan evaluasi. Dalam pelaksanaan pengembangan, kemajuan yang diperoleh harus dapat diukur dan dibandingkan. Kepentingan ini terkait juga dengan prinsip pertama di atas, karena untuk bisa menjalankan tahapan berikutnya, harus diketahui dahulu kemajuan yang dicapai dalam tahapan sebelumnya. Keterukuran dicapai    melalui identifikasi sasaran-sasaran dan indicator pencapaiannya. Indikator-indikator ini  bersifat kuantitatif dan digunakan sebagai acuan (referensi) dalam pengukuran ketercapaian sasaran. Dengan membandingkan  antara  kondisi  baseline,  kondisi yang  harus  dicapai  (sasaran  yang  ditetapkan), dan  capaian  yang  sebenarnya,  dapat  diketahui seberapa  jauh tingkat kemajuan pengembangan. Pengetahuan tentang kemajuan ini sangat berguna untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. Jika misalnya ada penyimpangan dari rencana yang telah  ditetapkan,  hasil  pemantauan  (monitoring) dapat menjadi dasar bagi usaha-usaha perbaikan dan akselerasi.

Poin ketiga  terkait  prinsip  kontinuitas  antar kegiatan yang terjaga. Prinsip ini berfungsi untuk menjalin satu  kegiatan  dengan  kegiatan  lain dalam membangun satu rangkaian program yang utuh.  Kontinuitas  kegiatan  dimulai  sejak  tahap perencanaan.Penyusunan  kegiatan  dilakukan dengan  memperhatikan  urutan  dan  persyaratan (pre-requisite)  dari  tiap  kegiatan.  Ada  kegiatan yang  baru  dapat  dimulai  setelah  kegiatan prerequisite-nya diselesaikan. Selanjutnya kontinuitas antar kegiatan harus dijaga pada saat implementasi  kegiatan-kegiatan pengembangan, terutama  dari  aspek  ketersediaan  sumber  daya (keuangan/anggaran dan sumber daya manusia).

Strategi  dan  program  pada  kajian  ini  disusun menggunakan pendekatan analisis faktor internal berupa  kekuatan  dan  kelemahan  Implementasi Teknik Silin pada Sistem TPTJ, dan juga pendekatan analisis  faktor  eksternal  berupa  peluang  dan tantangan yang dihadapinya.

File Terkait:

Baca   Download