Kinerja ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah dinamika perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2023 tercatat sebesar 5,17 persen (yoy), atau tumbuh 5,11 persen (yoy) pada semester I. Capaian tersebut didukung oleh permintaan domestik, sejalan dengan kenaikan konsumsi rumah tangga dan pemerintah serta peningkatan investasi. Namun, dinamika perekonomian global seperti tingkat inflasi yang masih persisten tinggi, suku bunga yang cenderung tinggi, intensifikasi perang di Ukraina, geoeconomics fragmentation, debt distress, termasuk volatilitas di sektor keuangan menciptakan tantangan bagi perekonomian dan sektor keuangan domestik. Sebagai langkah antisipatif atas berbagai dinamika global tersebut, APBN terus bekerja keras untuk menjaga pemulihan ekonomi dan melindungi masyarakat.
Baca Download
Ekonomi Indonesia tetap tumbuh kuat di tengah risiko perlambatan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia melanjutkan tren yang kuat pada triwulan I 2023 sebesar 5,0 persen. Kuatnya pertumbuhan ekonomi triwulan I terutama didukung oleh aktivitas konsumsi masyarakat. Resiliensi tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi indikasi kuat bahwa daya tahan perekonomian nasional dalam menghadapi tekanan global terus membaik. Meskipun demikian, perlu diwaspadai potensi risiko perlambatan ekonomi global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik. Berbagai risiko tersebut antara lain masih berlangsungnya perang di Ukraina dan Rusia, tekanan inflasi global, pengetatan kebijakan moneter, perkembangan sektor manufaktur global yang masih relatif lemah, serta peningkatan kecenderungan fragmentasi politik yang memicu de-globalisasi. APBN tahun 2023 telah didesain secara konservatif dan antisipatif terhadap perlambatan ekonomi global, termasuk dampak rambatan dari moderasi harga komoditas. Di sisi lain, kebijakan fiskal juga diarahkan untuk mempercepat pelaksanaan agenda reformasi struktural, khususnya melalui penguatan kualitas SDM, percepatan pembangunan infrastruktur, dan peningkatan kualitas kelembagaan dan regulasi.
Perekonomian Indonesia tumbuh kuat di tengah risiko perlambatan ekonomi global. PDB tahun 2022 tumbuh 5,3 persen. Keberlanjutan pemulihan ekonomi serta peran APBN juga terefleksi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tahun 2023 ini, perekonomian global diperkirakan membaik meski masih dibayangi potensi perlambatan. Beberapa risiko harus terus diwaspadai antara lain dampak dari perang Rusia-Ukraina, kondisi keuangan global yang ketat, inflasi yang persisten, dan risiko pemulihan Tiongkok. Untuk itu, peran kebijakan fiskal akan dioptimalkan melalui bauran kebijakan yang suportif dan terukur dan diarahkan untuk mendukung penguatan ekonomi nasional, dan akselerasi reformasi struktural.
Ditengah tren perlambatan ekonomi global, ekonomi nasional tetap menguat. PDB nasional mengalami akselerasi, tumbuh sebesar 5,7 persen pada triwulan III 2022 (yoy). Hingga November 2022, indikator-indikator utama perekonomian masih cukup kuat. Pemulihan ekonomi semakin inklusif, yang ditunjukkan dengan membaiknya kesejahteraan masyarakat seperti tingkat kemiskinan dan pengangguran yang terus menurun. Namun demikian, masih berlanjutnya tensi geopolitik Rusia-Ukraina, perlambatan ekonomi global, tren pengetatan kebijakan moneter, serta tingkat inflasi yang tinggi terlihat mulai memberikan dampak rambatan (spillover effect) pada kinerja ekonomi domestik. Kinerja ekspor, khususnya consumer goods, seperti produk tekstil mulai menunjukkan penurunan, terutama ke pasar ekspor di AS dan Eropa. Meskipun demikian, ekspor ke beberapa negara utama lainnya, khususnya India mengalami peningkatan secara signifikan.
Kondisi pandemi Covid-19 global maupun domestik terus membaik, namun tetap harus menjaga kewaspadaan. Mayoritas negara di dunia telah mengimplementasikan restriksi minimal seiring dengan terus membaiknya kondisi pandemi. Tingkat restriksi pada Agustus 2022 telah berkurang drastis dibandingan dengan tahun lalu ketika gelombang Delat. Di indonesia, Covid-19 juga menunjukkan tren penurunan yang sama. Indonesia berhasil melewati gelombang varian BA.4 dan BA.5 yang terdeteksi masuk di akhir Juni 2022. Namun demikian, angka vaksinasi terus menunjukkan tren penurunan sementara positivity rate masih di atas ambang batas aman sehingga kondisi tersebut perlu diwaspadai. Untuk itu, tingkat vaksinasi perlu semakin ditingkatkan untuk mencegah dampak dan virus Covid-19 terhadap kesehatan masyarakat.