Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut, Pemerintah Terus Dorong Ekspor ke Mitra Dagang Utama

SP-12 /BKF/2023    



Jakarta, 17 April 2023 – Pada Maret 2023, ekspor Indonesia mencapai USD23,50 miliar atau tumbuh sebesar 9,89% dibanding bulan sebelumnya. Secara tahunan, ekspor melambat dikarenakan ekspor Maret 2022 yang sangat tinggi (high based effect). Melemahnya kinerja ekonomi global yang diikuti dengan moderasi harga komoditas juga mejadi faktor turunnya ekspor Indonesia. Secara tahunan, harga komoditas unggulan seperti batubara dan minyak kelapa sawit turun sebesar 40,38% (yoy) dan 45,3% (yoy). Kinerja ekspor Maret 2023 ini masih ditopang oleh bahan bakar mineral, logam mulia, dan bijih logam, terak, dan abu. Adapun Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang masih menjadi negara tujuan ekspor dominan. “Ekspor di bulan Maret masih tumbuh positif dibanding Februari di segala sektor. Hasilnya, ekspor kumulatif dari bulan Januari hingga Maret 2023 mencapai USD67,20 miliar atau tumbuh sebesar 1,60% (yoy),” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu.

Sementara itu, impor di bulan yang sama mencapai USD20,59 miliar, atau tumbuh 29,33% dari bulan sebelumnya meski melambat dibanding periode yang sama tahun lalu (6,26% yoy). Di lihat dari jenis penggunaannya, impor barang modal masih mampu tumbuh positif, sebesar 18,49% (yoy), sementara impor bahan baku/penolong dan barang konsumsi terkontraksi masing-masing 11,17% (yoy) dan 2,92% (yoy). Kinerja impor di bulan Maret disumbang oleh komoditas mesin elektrik, besi dan baja, dan mesin mekanis. Impor terbesar didominasi dari negara Tiongkok, Jepang, dan Thailand. Secara kumulatif bulan Januari s.d. Maret 2023, impor mencapai USD54,95 miliar, terkontraksi 3,28% (yoy).

Dengan perkembangan ekspor-impor tersebut, neraca perdagangan bulan Maret 2023 tercatat surplus sebesar USD2,91 miliar (kumulatif Januari s.d. Maret mencapai USD12,27 miliar) atau surplus selama 35 bulan berturut-turut. Negara penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat, India, dan Filipina dengan komoditas utama bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, dan besi dan baja.

Kinerja ekspor pada kuartal I 2023 yang cukup baik menciptakan surplus neraca perdagangan lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (Q1- 2023: USD12,27 miliar; Q1-2022: USD9,3 miliar). Hal ini diperkirakan akan mendukung pertumbuhan net ekspor pada kuartal I 2023. “Dalam laporannya di bulan April 2023, IMF memperkirakan perekonomian global melambat dari 3,4% pada tahun 2022 menjadi 2,8% pada tahun 2023, turun 0,1 poin persentase dibanding proyeksi Januari. Meski pertumbuhan Indonesia tetap diproyeksikan solid dan meningkat, Pemerintah akan terus mendorong ekspor di tengah perlambatan ekonomi global, terutama ke ASEAN, Tiongkok, dan India di mana permintaan masih tumbuh cukup tinggi seiring dengan PMI Manufaktur yang masih terus berekspansi,” tutup Febrio.


Narahubung Media:

Endang Larasati
Kepala Bagian Informasi dan Komunikasi Publik
Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan
ikp.bkf@kemenkeu.go.id

Baca