Kinerja Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terjaga di Tengah Perlambatan Ekonomi Global

SP – 29 /BKF/2023     



Jakarta, 7 November 2023 - Pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif terjaga di tengah meningkatnya risiko dan perlambatan ekonomi global. PDB triwulan III-2023 tumbuh positif sebesar 4,94% (yoy). Meskipun melambat dibandingkan periode sebelumnya, Indonesia termasuk salah satu negara dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang masih relatif kuat. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil di tengah tantangan global. Hal ini menunjukkan APBN telah menjalankan fungsinya sebagai stabilisator dan shock absorber untuk melindungi masyarakat dengan baik. Ke depan, APBN akan terus dioptimalkan untuk melindungi masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi”, ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat sebagai kontributor utama tumbuh sebesar 5,1% (yoy) pada triwulan III-2023. Laju konsumsi rumah tangga yang tumbuh positif didukung oleh daya beli masyarakat yang terjaga dengan tingkat inflasi yang terkendali. Peran APBN terus dioptimalkan untuk melindungi masyarakat melalui pemberian bantuan pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta penguatan distribusi pasokan pangan. Selain itu, koordinasi pusat dan daerah melalui TPIP (Tim Pengendalian Inflasi Pusat) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas harga.

Konsumsi Pemerintah memiliki peran penting dalam mendorong penguatan aktivitas perekonomian dan peningkatan pelayanan publik. Konsumsi Pemerintah pada triwulan III-2023 mengalami kontraksi sebesar 3,8% (yoy). Pergeseran pembayaran gaji ke-13 yang dilakukan di triwulan II merupakan salah satu faktor pemicu menurunnya konsumsi Pemerintah pada triwulan ini. Meskipun demikian, konsumsi Pemerintah yang terealisasi hingga saat ini diharapkan memiliki multiplier effect yang lebih tinggi terhadap perekonomian bagi keberlangsungan transformasi ekonomi.

Investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menunjukkan kinerja impresif. Pertumbuhan PMTB tercatat sebesar 5,8% (yoy) pada triwulan III-2023. Ekspansi aktivitas konstruksi mendorong kinerja PMTB bangunan yang tumbuh mencapai 6,3% (yoy) sejalan dengan penjualan semen domestik yang tumbuh sebesar 8,4%. Di periode yang sama, pertumbuhan belanja modal Pemerintah yang mencapai 32,4% (yoy) turut mendorong pertumbuhan barang modal bangunan. Konektivitas yang semakin maju dan stabilitas perekonomian dalam negeri menjaga keyakinan pelaku usaha untuk berinvestasi. Sementara itu, kinerja pertumbuhan nonbangunan terjadi pada investasi kendaraan yang tumbuh mencapai 21,3% (yoy). 

Ekspor barang dan jasa terkontraksi sebesar 4,3% (yoy) akibat pelemahan permintaan global. Penurunan kinerja ekspor tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi di banyak negara akibat melemahnya aktivitas ekonomi dunia. Meskipun pertumbuhan ekspor Indonesia secara nilai termoderasi, volume ekspor produk hilirisasi seperti ekspor besi baja dan ekspor nikel tumbuh kuat. Keberlanjutan hilirisasi SDA diharapkan dapat semakin meningkatkan daya saing ekspor dan memperkuat posisi Indonesia di dalam peta perdagangan internasional. Sementara itu, impor pada triwulan III-2023 juga terkontraksi sebesar 6,2% (yoy), terutama bersumber dari penurunan impor bahan baku/penolong.

Dari sisi produksi, kinerja sektor-sektor unggulan tumbuh positif, termasuk sektor primer. Sektor pertanian tumbuh relatif moderat sebesar 1,5% (yoy), salah satunya disebabkan oleh perubahan cuaca. Sementara, sektor pertambangan tumbuh kuat di triwulan III-2023 sebesar 7,0% (yoy) ditopang oleh subsektor pertambangan bijih logam yang tumbuh sebesar 17,8% (yoy). Pertumbuhan pertambangan bijih logam didorong oleh permintaan domestik untuk kebutuhan barang input industri logam dasar terutama olahan nikel. 

Sektor manufaktur dan perdagangan masih menjadi kontributor utama dari sisi produksi. Sektor manufaktur tumbuh kuat sebesar 5,2% (yoy), ditopang oleh kuatnya permintaan domestik dan tingginya permintaan atas komoditas hilirisasi khususnya mineral. Industri elektronik serta logam dasar mampu tumbuh kuat, masing-masing sebesar 13,7% dan 10,9% pada triwulan III2023. Sementara, industri alat angkutan dan barang galian nonlogam mampu tumbuh masingmasing sebesar 7,3% dan 7,2%, didorong oleh peningkatan permintaan domestik serta peningkatan produksi kendaraan bermotor dan permintaan semen domestik. Sejalan dengan pertumbuhan sektor manufaktur yang kuat, sektor perdagangan juga mampu tumbuh cukup kuat sebesar 5,1%, utamanya didorong oleh peningkatan penjualan kendaraan bermotor dan suku cadang.

Sektor penunjang pariwisata masih mampu tumbuh double digit dan melanjutkan tren pertumbuhan kuat di triwulan III-2023. Sektor transportasi tercatat mampu tumbuh sebesar 14,7% (yoy), ditopang kuatnya pertumbuhan transportasi udara dan pergudangan. Sejalan dengan pertumbuhan sektor transportasi, sektor akomodasi mampu tumbuh sebesar 10,9%, terutama didorong oleh pertumbuhan sub-sektor akomodasi sebesar 13,7%. Arus pariwisata mancanegara terus masuk dengan kuat ke dalam negeri. Rata-rata level kunjungan turis asing terus naik di triwulan III, mencapai 1,1 juta per bulan. Penyelenggaraan gelaran baik level nasional maupun internasional juga mendorong daya tarik indonesia sebagai destinasi wisata. 

Secara spasial, tren pertumbuhan positif juga terjadi di semua kawasan. Wilayah Jawa sebagai kontributor utama perekonomian mampu tumbuh sebesar 4,8% (yoy). Kinerja sektor manufaktur dan jasa menopang pertumbuhan ekonomi pada kawasan ini. Sementara, wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua mampu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yaitu masing – masing sebesar 6,4% dan 9,3% pada triwulan III-2023. Pengembangan hilirisasi mineral masih menjadi pendorong pertumbuhan kawasan ini. 

Pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga turut mendorong perbaikan kondisi ketenagakerjaan Indonesia. Hal ini tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang konsisten menurun hingga mencapai level 5,32% pada Agustus 2023, dari sebelumnya 5,86% pada Agustus 2022. Dalam kurun waktu Agustus 2022-Agustus 2023, pertumbuhan ekonomi menciptakan tambahan lapangan kerja sebanyak 4,55 juta orang. Perbaikan ekonomi juga diikuti dengan peningkatan porsi tenaga kerja formal menjadi sebesar 40,89% dari sebelumnya 40,69% per Agustus 2022. Tingkat partisipasi angkatan kerja juga meningkat menjadi sebesar 69,48% (TPAK Agustus 2022: 68,63%) yang merupakan level tertinggi sejak tahun 1986. TPAK pada perempuan tercatat terus meningkat lebih tinggi dibanding laki-laki, menandakan perbaikan peningkatan kesempatan kerja pada perempuan.

Dari sisi sektoral, penciptaan lapangan kerja terjadi di hampir seluruh sektor. Lapangan usaha pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan masih menjadi sektor tertinggi dengan jumlah tenaga kerja terbanyak yang mencapai total pekerja sebanyak 61,03%. Sementara itu, Sektor Akomodasi & Makan Minum mengalami peningkatan pekerja tertinggi sebanyak 1,18 juta orang, diikuti Sektor Konstruksi sebesar 0,77 juta orang, dan Sektor Pertanian sebesar 0,75 juta orang. Selain itu, perbaikan kondisi ketenagakerjaan juga diikuti dengan kenaikan rata-rata upah per bulan secara umum.

Tren perlambatan global diperkirakan berlanjut, berpotensi memengaruhi pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 berkisar 5%. “Untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi, Pemerintah melakukan intervensi berupa paket kebijakan di penghujung tahun. Kebijakan tersebut mencakup penebalan bansos untuk mitigasi dampak El Nino, percepatan penyaluran program KUR di tengah peningkatan suku bunga, serta kebijakan penguatan sektor perumahan. Pemerintah akan terus memperkuat koordinasi dan menyiapkan langkah-langkah mitigasi untuk menjaga keberlanjutan tren positif pertumbuhan ekonomi nasional” tutup Febrio.


Narahubung Media:

Endang Larasati
Kepala Bagian Informasi dan Komunikasi Publik
Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan

Baca