Pemerintah Indonesia Terus Berkomitmen pada Pembiayaan Perubahan Iklim yang Lebih Baik

Songdo, Republik Korea (23/08) – Badan Kebijakan Fiskal (BKF) sebagai Sekretariat National Designated Authority Green Climate Fund (NDA GCF) Indonesia berkesempatan menghadiri GCF Global Programming Conference pada tanggal 19 hingga 23 Agustus 2019 di Songdo, Republik Korea.

Delegasi Indonesia dalam konferensi ini terdiri dari Plt. Kepala Bidang Kerja Sama Internasional dan Pendanaan Perubahan Iklim BKF, Kepala Sub Direktorat Sumber Daya Pendanaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), perwakilan Global Green Growth Institute (GGGI), serta PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) sebagai perwakilan dari Entitas Terakreditasi Nasional Indonesia.

GCF berharap melalui forum global ini dapat membantu NDA GCF, Entitas Terakreditasi, dan pemangku kepentingan terkait menyadari ambisi masing-masing terhadap perubahan iklim untuk disesuaikan dalam perencanaan program pada periode First Replenishment pendanaan GCF. Indonesia sendiri telah berkontribusi pada GCF sebesar USD 250,000 dan berencana untuk berkontribusi kembali pada periode first replenishment GCF.

“Kita harus mengembangkan strategi yang kuat dan rencana pemrograman yang ambisius. Kita harus menunjukkan bersama bahwa GCF fit-for-purpose untuk membantu perekonomian bertahan dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, serta secara signifikan mengurangi emisi yang semakin memperburuk kondisi perubahan iklim.” Ungkap Yannick Glemarec, Executive Director GCF pada sesi pembuka High-Level Segment GCF Global Programming Conference.

Ban Ki Moon, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ke-8, sebagai President dan Chair of the GGGI dalam keynote speech-nya ‘Urgency for Transformative Action’ menyampaikan pesan bahwa dukungan untuk negara-negara yang rentan perlu ditingkatkan terutama dalam hal adaptasi perubahan iklim. “GCF sebagai sumber pendanaan multilateral terbesar yang diperuntukkan pada perubahan iklim memiliki peran penting sehingga harus dimanfaatkan secara efektif dan sesuai dengan kebutuhan negara-negara dalam menghadapi perubahan iklim. Mitigasi dan adaptasi harus berjalan beriringan, dan adaptasi juga harus masuk dalam arus utama perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan.” tegas beliau.

Dengan total peserta lebih dari 500 orang dan lebih dari 50 Menteri negara berkembang, konferensi ini diselenggarakan dengan tujuan menghimpun masukan mengenai kebutuhan negara berkembang terhadap pendanaan GCF untuk mencapai target penurunan emisi dan membantu peningkatan ketahanan perubahan iklim sesuai dengan tujuan Paris Agreement UNFCCC.

“kemampuan negara berkembang untuk mengakses peluang pendanaan dari GCF perlu untuk diperkuat, untuk semua negara, namun khususnya untuk Least Developed Countries (LDCs) dan Small Island Developing States (SIDS). Seluruh Entitas Terakreditasi Nasional seharusnya dapat mengakses pendanaan GCF dengan cara yang disederhanakan”, tegas Deputy Prime Minister Cook Island saat memberikan pidato penutup High-Level Segment sebagai penekanan terhadap lesson learned dari pelaksanaan program GCF.

Pada Sesi Dialog Regional Asia-Pasifik, NDA GCF Indonesia mendapat kesempatan menjadi pembicara dengan pembahasan terkait implementasi penyaluran dan pemanfaatan pendanaan GCF di Indonesia, serta masukan kepada GCF untuk periode first replenishment.

“Untuk mempermudah penyaluran pendanaan di negara penerima, GCF perlu mempertimbangkan untuk meningkatkan jumlah Entitas Terakreditasi Nasional karena Entitas Terakreditasi Nasional lebih dekat dengan kondisi lokal sehingga lebih memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan lokal daripada Entitas Terakreditasi Internasional”, jelas Dudi Rulliadi, Kepala Bidang Kerja Sama Internasional dan Pendanaan Perubahan Iklim BKF.

Sebagai negara pertama yang telah memiliki Country Programme Document (CPD), NDA GCF Indonesia juga berbagi pengalaman mengenai proses penyusunannya termasuk proses penyusunan CPD ke-2 yang diharapkan akan rilis pada akhir tahun 2019.

Di samping itu, pada sesi Thematic Clinics: Asia-Pacific, NDA GCF Indonesia mendapat kesempatan untuk memaparkan potensi program/proyek dengan judul ‘Mitigasi Perubahan Iklim melalui Konservasi dan Restorasi Ekosistem Mangrove’. Pada tema kehutanan dan penggunaan lahan ini, Indonesia menjadi satu-satunya NDA yang mengajukan potensi program/proyek.

PT. Sarana Multi Infrastruktur (Pesero) yang juga turut hadir sebagai Entitas Terakreditasi Nasional dari Indonesia dan berkesempatan mempresentasikan program/proyek mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan pendanaan GCF yang diprakarsai oleh mereka di Indonesia. PT. SMI sendiri telah menerima pendanaan GCF untuk persiapan proyek pembangunan Bus Rapid Transit di Kota Semarang. (mea/fms)