Pemerintah Upayakan Berbagai Strategi Menjawab Ancaman Resesi Global

Jakarta, (15/11); Dalam merancang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020, salah satu strategi yang dilakukan pemerintah adalah dengan menjaga defisit anggaran supaya memberikan ruang gerak lebih untuk perekonomian nasional. Hal ini juga sebagai antisipasi melesunya perekonomian di tahun depan.

"Kementerian Keuangan menaruh defisit pada APBN 2020 sebesar 1,76 persen dari PDB. APBN 2020 diarahkan menjadi instrumen countercyclical, agar semakin sehat dan adaptif menghadapi risiko perekonomian," ujar Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Hidayat Amir dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di ruang Serba Guna Kemkominfo, Jakarta pada Jumat (15/11/2019).

Pada forum yang mengangkat tema “Bagaimana Politik Anggaran Menjawab Ancaman Resesi Global” ini, Hidayat Amir mengatakan bahwa akibat dampak dari melesunya perekonomian global pada 2018 hingga paruh akhir 2019 membuat defisit anggaran diperkirakan menjadi 1,93%. Namun, dikatakan Hidayat, kisaran defisit bisa melebar menjadi 2% karena memang ada beberapa sektor industri yang lesu sehingga penerimaan pajak menurun. Untuk itu, pihak Kemenkeu melakukan optimalisasi penerimaan negara agar target pajak menjadi lebih realistis. Kebijakan lainnya yang diambil adalah memaksimalkan perpajakan untuk mendukung daya saing dan belanja negara semakin fokus pada program yang produktif dan mendukung pertumbuhan.

“Selain itu, reformasi birokrasi yang saat ini dilakukan pemerintah diharapkan mampu membuat perekonomian kita semakin efisien, dengan begitu investasi dan inovasi akan masuk, dan perekonomian kita akan bertransformasi.” Ujar Hidayat.

Pada Forum Merdeka Barat 9 kali ini turut hadir sebagai pembicara Iskandar Simorangkir, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kemenko Perekonomian dan Josua Pardede, seorang pengamat ekonomi. Iskandar mengatakah bahwa saat ini sejumlah negara di dunia tengah mengalami resesi yang diakibatkan oleh kondisi perekonomian global yang tak menentu. Namun, menurut Iskandar, Indonesia tetap dapat menjaga stabilitas ekonominya karena sudah membuat arah kebijakan makro yang tepat.

Sejalan dengan Iskandar, Josua menyampaikan bahwa meskipun tantangan perekonomian Indonesia sangat banyak, namun masih bisa tumbuh solid di kisaran 5%. Menurutnya, potensi Indonesia terdampak resesi global cukup kecil karena beberapa wilayah Indonesia pertumbuhan ekonominya sangat cepat. (atw/cs)