Gelaran Hari ke-2 AIFED, Tiga Tokoh Penggerak Ekonomi Berbagi Pengalaman dalam Memberdayakan Masyarakat

Nusa Dua, (6/12): Pada gelaran hari ke-2 Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) 2019, tokoh – tokoh penggerak ekonomi lokal dihadirkan untuk berbagi pengalaman dalam memberdayakan masyarakat. Udi Hartoko selaku Kepala Desa Pujon Kidul, Malang, menyampaikan kesuksesannya dalam meningkatkan produktivitas desa dengan melibatkan seluruh masyarakat desanya. “Dalam mengelola desa, kami tidak bekerja sendiri. Kami mencoba berbagi kewenangan dengan prinsip memberikan ruang seluasnya dalam membangun desa”, ungkap Udi.

Saat ini, angka kemiskinan dan pengangguran di Desa Pujon Kidul telah menurun. Urbanisasi pun dapat dicegah karena terciptanya lapangan kerja baru di desa tersebut. Udi berharap, desa lain di Indonesia juga dapat berdaya. Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan komitmen bersama, sistem yang terstruktur dan juga ruang untuk anak muda dalam berkreasi membangun desa.

Selain komitmen dan sistem yang terstruktur, transparansi data pemerintah juga penting dalam meningkatkan produktivitas. Imron Zuhri, CEO Hara, mencontohkan bahwa Indonesia tidak punya data terkait pertanian yang akurat. Banyak petani yang tidak tahu luas lahan pertaniannya. Jika ada pun, datanya tidak terkonsolidasi. Ini akan menyulitkan untuk melakukan perencanaan dalam pengembangan pertanian.

Oleh karena itu, dirinya membuat aplikasi untuk mengumpulkan data petani (blockchain) agar lebih akurat dan akuntabel. Dengan data yang akuntabel, dapat memudahkan petani untuk terhubung dengan stakeholder lain, seperti perbankan. “Seperti yang kita ketahui selama ini, petani sulit mendapatkan pinjaman dari bank. Data lahan yang akurat akan mempermudah petani untuk meminjam dana untuk meningkatkan produktivitasnya”, ujarnya. Ia pun berharap agar pemerintah dapat mendukung program pengembangan pertanian dengan melakukan transparansi data sehingga publik bisa mengakses data yang dibutuhkan.

Sementara itu, Tety Nurhayati Sianipar yang merupakan Co-Founder Kerjabilitas.com juga telah membuat terobosan dalam peningkatan produktivitas masyarakat dengan meningkatkan inklusi disabilitas di dunia kerja. Kerjabilitas.com hadir untuk meningkatkan akses para disabilitas agar dapat bekerja di sektor formal. “Pekerjaan di sektor informal tidak memberikan asuransi pekerjaan dan kesehatan serta gaji yang diberikan berbeda dengan sektor formal”, ungkapnya memberikan alasan mengapa ia fokus pada sektor formal.

Tety pun mengatakan dengan melibatkan disabilitas di dunia kerja, terdapat 3 keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Pertama inovasi, profitabilitas yang inklusi dan adanya value creation karena karyawan akan memiliki empati lebih tinggi dan bersedia bekerjasama.

Ia pun menyampaikan harapannya bagi seluruh masyarakat untuk membantu meningkatkan inklusivitas disabilitas dalam ekonomi. “Untuk menjadi inklusi adalah tanggung jawab kita semua. Oleh karena itu, kita harus bisa membagi peran apa yang bisa diambil pemerintah, swasta dan masyarakat”, tutupnya.

Pada tahun ini, AIFED dilaksanakan atas kerja sama Kementerian Keuangan dengan dukungan dari Asian Development Bank (ADB), Pemerintah Australia (melalui Program Kemitraan Indonesia Australia untuk Perekonomian/PROSPERA), ADB Institute (ADBI), United Nation Children’s Fund (UNICEF), dan Bank Dunia. Penyelenggaraan AIFED tahun ini merupakan yang ke-9 sejak pertama kali diadakan pada tahun 2011. (is/cs)