Pemerintah Terus Menjaga Keberlangsungan Fiskal di Tengah Pandemi Covid-19

Jakarta (20/05):Pemerintah terus berupaya menjaga keberlangsungan fiskal di tahun 2020 dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dalam mengelola anggaran negara. Hal ini dijelaskan oleh Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara padaKonferensi Pers APBN KiTa (Kinerja dan Fakta) Mei 2020 secara virtual. Tema APBN KiTa edisi Mei 2020 ini mengambil tema Uang Kita untuk Pemulihan Ekonomi Nasional.

Mengawali paparan, Suahasil menjelaskan sekilas terkait perkembangan pandemi Covid-19 secara global. Suahasil menyampaikan bahwa AS dan Eropa secara konsisten telah berhasil menurunkan laju penambahan kasus harian. Namun di sisi lain, munculnya kasus baru di Korea Selatan, Singapura, Tiongkok dan Iran membawa kekhawatiran terjadinya second wave infection. Di Indonesia, tambahan kasus dalam beberapa hari terakhir relatif tinggi seiring peningkatan tes.

"Kondisi ini memang adalah kondisi kesehatan namun membawa dampak pada kegiatan ekonomi karena cara untuk menanggulanginya adalah dengan melakukan pembatasan sosial berskala besar dan kondisi ini sama di seluruh dunia " ujar Suahasil di Jakarta (20/05) melalui video conference

Lebih lanjut, Suahasil mengungkapkan realisasi pertumbuhan ekonomi sampai dengan 30 April 2020 adalah sebesar 2,97% lebih rendah dari asumsi pada APBN yang sebesar 5,3%. Sedangkan realisasi indikator ekonomi makro lainnya yaitu inflasi sebesar 2,67% (yoy), tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 3,2%, nilai tukar Rp 14.642 per US$, harga minyak mentah Indonesia 44 US$ per barel, lifting minyak 702.000 barel per hari dan lifting gas 1.036.100 barel per hari.

Dengan kondisi indikator ekonomi makro tersebut, realisasi pendapatan negara sampai dengan April 2020 mencapai 31,2% terhadap perubahan APBN 2020 atau tumbuh 3,2% dibandingkan tahun lalu dengan penerimaan perpajakan mengalami pertumbuhan negatif 0,9% dibandingkan tahun yang lalu.

"Hal ini terjadi karena penurunan gerak ekonomi yang menyebabkan kemampuan kita mengumpulkan pajak juga berkurang" jelas Suahasil.

Di sisi lain, pendapatan yang dikumpulkan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai yaitu sebesar Rp 57,7 Triliun tumbuh 16,7% dibandingkan tahun lalu dan PNBP telah terkumpul sebesar Rp 114,5 Triliun tumbuh 21,7% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan realisasi belanja negara adalah sebesar Rp 624 Triliun tumbuh negatif 1,4% karena adanya realokasi anggaran dan efisiensi pada belanja barang. sehingga diperoleh angka defisit mencapai 0,44% terhadap PDB. Pembiayaan utang sudah terealisasi Rp 223,8 Triliun, dilakukan dengan strategi oportunistik, pruden dan terukur yang mengutamakan penerbitan SBN melalui mekanisme pasar.

"Pembiayaan utang ini lebih besar dari tahun lalu, selain karena tahun ini defisitnya lebih besar, kita juga ingin memastikan ketersediaan anggaran untuk penanganan Covid-19 melalui belanja kesehatan, bantuan sosial dan untuk dukungan dunia usaha" pungkas Suahasill. 

Pada periode ini, pemerintah terus memastikan ketersediaan dana kesehatan, dana bantuan sosial dan dana untuk mendorong dunia usaha. Pemerintah juga telah menyiapkan program Pemulihan Ekonomi Nasional.

"Pemerintah telah meluncurkan berbagai macam program untuk memastikan terjadinya stimulus yang baik untuk perekonomian ke depannya menghadapi periode Covid-19 ini" ucap Suahasil mengakhiri konferensi pers. (cs)