Pemerintah Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Membaik di Tahun 2021

Jakarta (19/06) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Febrio Kacaribu jelaskan kondisi perekonomian terkini dan bagaimana proyeksi kedepan di Pertemuan Anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Pada pertemuan yang dilangsungkan secara virtual ini, Febrio juga memfokuskan pada Tantangan Ekonomi Indonesia: Akselerasi Inovasi dan Mewujudkan Transformasi Struktural serta insentif fiskal untuk penelitian dan pengembangan (litbang).

Krisis COVID-19 membuat kinerja perekonomian terganggu sehingga pertumbuhan ekonomi melambat. Pemerintah terus berupaya memitigasi kemungkinan-kemungkinan risiko yang bisa timbul di kemudian hari mengingat Jawa Timur yang menjadi episentrum (pusat penyebaran virus) baru setelah DKI Jakarta membuat eskalasi jumlah kasus COVID-19 masih tinggi di Indonesia. Pemerintah melalui kebijakan-kebijakan extraordinary berupaya menjaga agar pertumbuhan dan dampak kesejahteraan sosial tidak menuju skenario sangat berat.

Pertumbuhan ekonomi global semakin tidak membawa kepastian. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) bahkan secara eskplisit mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 dapat mencapai -6.0 (single wave), bahkan sampai -7.6 jika terjadi second wave (outlook Juni), jelas Febrio.

Beberapa risiko yang dapat mempengaruhi outlook perekonomian ke depan diantaranya second wave COVID-19, tensi geopolitik internasional, termasuk Amerika Serikat-Tiongkok, serta tensi politik domestik dan social unrest di Amerika Serikat.

Meskipun demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah pandemi ini masih termasuk yang kecil negatifnya. Tidak sampai double digit dibandingkan negara-ngeara lainnya. Ini menunjukkan ekonomi kita lebih resilience, lanjut Febrio.

Sebelum pandemi COVID-19, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 adalah sebesar 5,3% (APBN 2020), sedangkan sesudah COVID-19 diproyeksikan sebesar -0.4% s.d. 1,0%. Koreksi pertumbuhan ekonomi ini akan menimbulkan peningkatan pengangguran sebesar +4.03 s.d. +5.23 juta jiwa dan kemiskinan +3.02 s.d. +5.71 juta jiwa. Meski dengan berbagai tekanan, stabilitas ekonomi Indonesia tetap terjaga. Inflasi masih terkendali dan volatilitas sektor keuangan mulai mereda.

Saat ini, di beberapa negara aktivitas ekonomi riil pada tataran global mulai meningkat seiring dengan perlambatan COVID-19 dan dilakukannya normalisasi. Awal Bulan Juni, aktivitas ekonomi rill di Indonesia sudah mulai mengalami peningkatan akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah dilonggarkan. Pasar keuangan secara global, regional, maupun domestik juga perlahan membaik.

Melihat perkembangan terakhir, Pemerintah dan lembaga-lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 akan membaik sebesar 4.5% s.d. 5.5%, dengan catatan tidak terjadi second wave, dan vaksin segera ditemukan, ungkap Febrio.

Dalam menangani COVID-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang selaras dengan tiga fungsi utama kebijakan fiskal dan APBN adalah stabilisasi, redistribusi, dan alokasi. Hingga saat ini, biaya PEN yang sebesar Rp607,65 T realisasi terbesar ada di bidang Perlindungan sosial sebesar 28.63%. Namun, realisasi di sektor kesehatan masih sangat mengkhawatirkan yakni sebesar 1.54%. Tantangan implementasi program terletak pada level operasional dan administrasi. (fms)