Pemerintah Tepati Janji: Akselerasi Realisasi Program PEN di Tengah Pandemi

Jakarta (22/09) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali menjelaskan kondisi perekonomian dan APBN terkini melalui Konferensi pers APBN KiTa yang diselenggarakan secara virtual. Kabar baik dari belanja negara yang menunjukkan adanya akselerasi khususnya untuk penyerapan belanja Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), termasuk yang didukung melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). 

“Ekonomi Indonesia dan global masih sangat terpengaruh oleh COVID-19 dan ketidakpastian ekonomi masih akan berlangsung sampai Q3, meski perbaikan sudah mulai nampak. Pemulihan ini masih terbilang dini dan rapuh, masih harus dijaga ekstra,” ungkap Sri Mulyani mengawali konferensi pers.

Ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi ini menyebabkan outlook pertumbuhan ekonomi tahun 2020 dikoreksi ke bawah.

“Konsumsi belanja pemerintah meningkat tajam seiring langkah ekspansif APBN. Realisasi belanja negara tahun 2020 mencapai 50,6% yang didorong peningkatan bantuan sosial (bansos) hingga 6 kali lipat dan penyaluran anggaran PEN dalam belanja lainnya,” ungkap Sri Mulyani.

Kenaikan realisasi belanja bansos utamanya disebabkan penyaluran program PEN, perlindungan sosial, serta untuk Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional (PBI JKN). Di sisi lain, belanja barang dan belanja modal tumbuh negatif yang disebabkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta realokasi (refocusing) anggaran. Begitupun pada belanja pegawai yang tumbuh negatif akibat perubahan kebijakan THR dan gaji ke-13.

“Sementara itu, TKDD tumbuh positif sebesar 5% yang disebabkan oleh percepatan penyaluran TKDD ke pemerintah daerah dalam rangka penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi di daerah,” lanjut Sri.

Realisasi defisit APBN mencapai sekitar 3,05% PDB. Kebijakan extraordinary atas pelebaran defisit di tengah pandemi ini dilakukan secara prudent, serta menjaga keseimbangan makro dengan menjaga komposisi portofolio utang secara optimal. (fms)