Meski Masih Tertahan, Perekonomian Nasional Mulai Menunjukkan Tren Perbaikan

Jakarta (19/10) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali hadir pada Konferensi Pers APBN Kita sebagai bentuk pertanggungjawaban realisasi APBN dan update kondisi perekonomian terkini kepada publik. Konferensi Pers yang masih terus dilangsungkan secara virtual ini dihadiri berbagai jurnalis media massa dan disiarkan untuk umum.

“Wabah COVID-19 di Indonesia masih memerlukan penanganan serius. Per 16 Oktober 2020 total kasus COVID-19 mencapai 353,461 kasus. Sejak PSBB ketat kembali berlaku di Jakarta, kasus harian dan kasus aktif nasional mulai melandai. Namun kita harus tetap waspada risiko terjadinya eskalasi kasus kembali jika 3M dan TLI masih belum kuat didisplinkan oleh masyarakat,” ujar Sri Mulyani mengawali konferensi pers.

Pandemi yang belum kunjung usai ini menyebabkan peningkatan pada defisit fiskal di tahun 2020 terjadi hampir di seluruh negara yang berdampak pada kenaikan tingkat utang. Hal ini terus diwaspadai agar tidak mengganggu pemulihan ekonomi ke depan. Meskipun demikian, tingkat utang publik di Indonesia masih dijaga tetap rendah, dengan penambahan utang yang minimal.

“Perbaikan ekonomi memang sedikit tertahan di Bulan September, ditunjukkan oleh beberapa indikator yang bergerak secara variatif: konsumsi listrik, ekspor, impor bahan baku dan modal, dan belanja bansos tumbuh positif, deflasi tidak berubah, sedangkan PMI manufaktur sedikit menurun di bawah threshold ekspansif,” lanjut Sri Mulyani.

“Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sejalan dengan perekonomian dunia. Realisasi serapan belanja negara di Q3 meningkat signifikan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi melalui tiga jalur: konsumsi rumah tangga (melalui berbagai program bansos), PMTB, dan konsumsi pemerintah yang tumbuh relatif tinggi. Hal ini menunjukkan efektivitas APBN sebagai instrumen kebijakan countercyclical. Hal ini diproyeksikan berlanjut di Q4,” ungkap Sri Mulyani optimis.

Selain itu, peningkatan kinerja belanja pemerintah, termasuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di Bulan September menunjukkan akselerasi yang terus meningkat. Kinerja belanja akan dipertahankan dan ditingkatkan karena menjadi driver pertumbuhan ekonomi di Q4, seiring juga dengan tercapainya target program PEN. Lebih jauh, perbaikan kegiatan ekonomi domestik cenderung gradual. Dukungan fiskal melalui belanja pemerintah terus didorong sebagai motor penggerak akselerasi pertumbuhan ekonomi. (fms)