Ini Kinerja APBN Hingga Akhir Oktober 2020, Akselerasi Belanja Negara Terus Diupayakan

Jakarta (23/11): Pandemi COVID-19 menyebar dan masih terekskalasi dengan cepat ke seluruh dunia. Namun, pertumbuhan di Q3 di beberapa negara secara seragam mengalami rebound, setelah kontraksi pada posisi terdalam di Q2 akibat pandemi.

“Pandemi mempengaruhi semua negara tidak pandang bulu, negara maju, negara menengah, negara miskin, negara timur, negara barat, negara utara, negara selatan semuanya mengalami pengaruh yang sama, tinggal ketahanan masing-masing ekonomi semua negara akan sangat diuji,” ujar Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita edisi November 2020 pada hari Senin, (23/11) melalui video conference.

Pertumbuhan ekonomi Q3 2020 membaik, didorong realisasi belanja negara yang meningkat signifikan. Semua komponen pertumbuhan ekonomi sisi pengeluaran menagalami peningkatan. Akselerasi belanja negara akan terus diupayakan untuk mendukung penanganan Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Hingga akhir Oktober 2020, belanja negara mencapai Rp2.041,8 Triliun (75,5% dari pagu) tumbuh 13,6% dari tahun lalu. Realisasi belanja negara ini terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp1.975,2 Triliun dan TKDD Rp698 Triliun.

“Kalau kita lihat realisasi belanja yang mengalami relisasi sangat cepat di Q3, ini menggambarkan bahwa keseluruhan Kementerian Lembaga (K/L) melakukan berbagai kegiatan yang bisa diharapkan mendongkrak kembali ekonomi,” jelas Menkeu.

Terjadinya pelebaran defisit diikuti dengan hasil nyata APBN 2020 yang produktif, sangat banyak dan beragam. Misalnya di sektor kesehatan, manfaatnya antara lain berupa insentif tenaga kesehatan, bantuan iuran JKN, alat material kesehatan pada 110 RS Kemhan/TNI, bantuan operasional untuk puskesmas dan pelaynan kesehatan promotif preventif. Selain itu, manfaat APBN 2020 juga berupa bansos, bantuan pemerintah, subsidi dan dukungan UMKM.

Di sisi lain, realisasi penerimaan perpajakan hingga akhir Oktober 2020 mencapat Rp991,0 Triliun atau sebesar 70,6% dari target. Sebagian besar jenis pajak mengalami tekanan seiring meningkatnya pemanfaatan insentif dan restitusi pajak. Penerimaan bea dan cukai sampai dengan akhir Oktiber 2020 mencapai Rp164,01 Triliun, tumbuh sebesar 5,53% didorong oleh penerimaan cukai. Oleh karena itu, diperoleh angka defisit sebesar Rp764,9 Triliun (4,67% PDB). Sementara itu, pembiayaan anggaran berjalan sesuai dengan target dengan realiasi mencapai Rp928,4 Triliun didukung likuiditas yang cukup dan kinerja pasar SBN yang baik. (cs)