Tahun Depan Indonesia Resmi Jadi Tuan Rumah Pertemuan Tahunan Internasional G20

Jakarta (14/09) –Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD, dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo hadir dalam konferensi pers ‘Menuju Presidensi G20 Indonesia Tahun 2022’ menjelaskan rencana Presidensi Indonesia pada G20 tahun 2022.

Dalam kesempatan ini, Menteri Luar Negeri memulai sesi dengan menyampaikan rencana Indonesia sebagai presidensi G20 tahun 2022. Selanjutnya, Sri Mulyani mengawali dengan latar belakang G20 sebagai forum yang diinisiasi pasca krisis keuangan 1997. Kelompok 20 negara ini adalah kekuatan besar dunia yang menguasai 85% Gross Domestic Product (GDP) global, 75% perdagangan internasional, 2/3 penduduk dunia yang terdiri dari sebelas negara maju dan sembilan negara berkembang. Pada saat krisis tahun 2008 terjadi, G20 memiliki peranan yang sangat strategis dalam membahas berbagai isu global yang dapat mengancam pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keuangan.

“Pada tahun 2020, dunia sekali lagi dihadapi krisis dengan adanya pandemi COVID-19. Meskipun persoalan utamanya adalah kesehatan, namun dampaknya sangat luas di bidang ekonomi dan keuangan. Oleh karena itu dilakukan langkah-langkah G20 Action Plan, termasuk di dalamnya pengadaan vaksin dan dalam mendukung banyak negara yang mengalami kesulitan keuangan dalam situasi krisis global saat ini. Oleh karenanya dibuatlah Debt Service Suspension Initiative yaitu inisiatif untuk memberikan relief dari beban utang negara-negara miskin,” jelas Sri Mulyani.

G20 juga telah melakukan pembahasan dan reformasi di bidang arsitektur keuangan global, terutama dalam memperkuat jaring pengaman keuangan internasional dan adanya upaya untuk menciptakan tata kelola utang yang berkelanjutan dan transparan terutama di negara-negara miskin yang mendapatkan dana dari berbagai pihak.

Sri Mulyani melanjutkan, bahwa pengembangan infrastruktur terutama pada aspek keuangan juga dibahas di forum G20, termasuk mengenai prinsip-prinsip investasi infrasktur yang berkualitas dan dibentuknya Global Infrastructure Hub sejak Presidensi G20 Australia. Kemudian dilakukan juga Roadmap Infrastructure as an Asset Class. Kelas asset yang terdiri dari proyek-proyek infrastruktur yang berkualitas. Di forum G20 juga dikembangkan Infra-Tech.

“Dari sisi perpajakan global, G20 memiliki banyak sekali kemajuan di dalam pembahasan mengenai perpajakan global. Tertutama pembahasan mengenai bagaimana negara-negara saling bersaing sehingga menimbulkan praktik yang merugikan basis pajak di negara-negara tersebut. Sehubungan dengan hal ini, dibuatlah inisiatif agar semua negara bisa menjalankan suatu koordinasi yang melindungi basis pajak dari suatu perekonomian atau negara. Ini yang disebut inisiatif Base Erosion Profit Shifting (BEPS) di mana G20 menuju OECD untuk bisa membuat prinsip-prinsip yang bisa diterima dan dilakukan oleh seluruh negara anggota yang nantinya baru dilakukan oleh negara-negara di dunia,” ungkap Sri Mulyani.

Dalam perpajakan global, forum G20 berhasil melahirkan pertukaran data secara otomatis (Automatic Exchange of Information) untuk keperluan perpajakan. Terakhir, di Presidensi G20 Italia juga telah dibahas pajak untuk sektor digital dimana transaksinya bersifat melewati batas negara atau perekonomian (cross boarder) dan tentunya dari sisi hak pajaknya menimbulkan komplikasi.

“Di dalam G20 juga dibahas mengenai Global Partnership. Bagaimana negara-negara di dunia bisa bersama-sama membantu negara-negara miskin. Di Presidensi G20 Indonesia nanti, ini akan menjadi salah satu topik yang akan didorong agar negara-negara miskin dan berkembang, khususnya di Afrika, agar dapat mengejar pembangunannya”.

Kemudian, ada juga G20 Energy Access Action Plan yaitu rencana untuk dapat mengejar ketertinggalan di bidang akses energi terutama di negara-negara miskin yang masih belum memiliki rasio elektrifikasi yang memadai. Dalam rangka melihat adanya pandemi COVID-19 sebagai tantangan, telah dirumuskan juga suatu pusat untuk penelitian resistensi microbial yang sifatnya global (Global Antimicrobial Resistance R&D Hub). (fms)