Sudah Hampir Penghujung 2022, Apa Kabar Kondisi Ekonomi Terkini Indonesia?

Jakarta (25/10) – Konferensi Pers #APBNkita kembali dilangsungkan secara virtual, kali ini membahas realisasi APBN per Bulan September 2021. Menteri Keuangan Sri Mulyani didampingi Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Kepala Badan Febrio Kacaribu dan jajaran pimpinan Kementerian Keuangan lainnya hadir dalam acara tersebut.

“Ekonomi global membaik seiring melandainya kasus COVID-19 dan reopening yang meluas. Namun, beberapa risiko harus tetap diwaspadai. Seiring keberhasilan penanganan COVID-19, mobilitas masyarakatpun meningkat dan mendorong kinerja ekonomi yang terus membaik. Termasuk kinerja ekspor yang menjadi katalis percepatan pemulihan ekonomi”, ujar Sri Mulyani.

Kinerja positif ekspor dan impor juga didorong kenaikan harga komoditas dan pemulihan negara mitra dagang. Konsumsi rumah tangga dan aktivitas perusahaan kembali pulih. Indikator ekonomi kegiatan konsumsi dan produksi tetap menunjukkan perbaikan.

“Kerja keras APBN semakin nyata seiring momentum pemulihan ekonomi yang merata. Kinerja APBN terus membaik yang mana melanjutkan perannya untuk terus mendukung pemulihan ekonomi, baik dari kinerja penerimaan perpajakan dan PNBP, maupun pertumbuhan belanja negara,” lanjut Sri Mulyani.

Akselerasi vaksinasi juga terus dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia untuk turut mendukung pemulihan ekonomi yang semakin merata. Vaksinasi global mencapai 6,82 milyar dosis di 184 negara dengan 28,6 juta dosis per hari. Indonesia bahkan menjadi negara ke-6 terbesar dalam hal implementasi vaksinasi. Dosis pertama tercatat mencapai 41,55% dari total populasi masyarakat Indonesia, dan dosis kedua mencapai 24.86% dari total populasi.

Berbagai indikator ekonomi menjukkan bahwa pertumbuhan Indonesia akan terus mengalami pemulihan secara gradual dengan outlook di tahun 2021 sebesar 4% dan pada kuartal III mencapai 4,5%. Ekonomi domestik melanjutkan pemulihan yang positif. Aktivitas konsumsi naik signifikan ke 95,5 menunjukkan pengendalian kasus terjadi dan mengembalikan kepercayaan masyarakat. Inflasi sebesar 1,6% (yoy) cukup stabil dan rendah ditengah tekananan Inflasi global. Konsumsi listrik yang tumbuh positif terutama dari bisnis dan kelompok indsutri. Neraca perdagangan juga masih mengalami surplus USD 4,37 milyar, didorong non-migas yang surplus selama 16 bulan berturut-turut

Ekspor (47,6%) dan impor (40,3%) mempertahankan kinerja positif yang tumbuh double digit.

Meskipun demikian, tantangan ke depan yang diprediksi masih akan muncul dan perlu diwaspadi, antara lain: varian baru COVID-19 (gelombang 3), kenaikan suku bunga The Fed, dampak Brexit, perlambatan pertumbuhan tiongkok, volatilitas komoditas dan stagflasi.

“Potensi mikro kinerja APBN dampak dari perkembangan COVID-19 terus dicermati dan dimitigasi untuk memastikan bahwa peran APBN dalam upaya pemulihan ekonomi tetap optimal hingga akhir tahun 2021, sehingga arah kebijakan ekonomi dapat tercapai dan tetap sejalan dengan upaya konsolidasi fiskal di 2021,” tutup Sri Mulyani. (fms)