Kerja Keras APBN dan Perekonomian Indonesia yang Tetap Tangguh

Jakarta (25/11) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersama jajaran pimpinan Eselon I Kementerian Keuangan termasuk Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu kembali selenggarakan konferensi pers #APBNKita sebagai bentuk akuntabilitas realisasi APBN terhadap masyarakat setiap bulannya.

 

Meskipun kondisi global kembali waspada, di mana kasus dan kematian harian kembali naik secara global, memasuki kuartal keempat 2021, perekonomian Indonesia tetap tangguh. Terpantau saat ini kasus COVID-19 masih terkendali, namun Pemerintah tetap waspada jelang perayaan natal dan tahun baru.

 

Indonesia menjadi salah satu negara yang perekonomiannya sudah kembali ke level pra-pandemi. Lembaga Pemeringkat Fitch juga mengkonfirmasi kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih kuat dan berprospek baik kedepannya.

 

“Fitch memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 3,2% tahun 2021 dan 6,8% pada tahun 2022. Fitch pun berharap reformasi perpajakan di Indonesia mampu membantu target defisit di bawah 3% pada tahun 2023”, ujar Sri Mulyani.

 

Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2021 mencapai USD 5.7 miliar dan merupakan rekor tertinggi selama 20 tahun terakhir. Di sisi lain, neraca pembayaran Indonesia pada kuartal III mencatat surplus USD 10.69 miliar.

 

“Konsumsi masyarakat diperkirakan akan terus menguat. Aktivitas investasi relatif stabil di masa puncak varian delta dan akan berlanjut di Q4. Net ekspor diperkirakan masih lebar pada Q4. Risiko ketidakpastian global perlu terus dipantau terutama dari rebalancing Tiongkok, Tapering-off AS, serta disrupsi supply global. Dan perlu diingat bahwa potensi penyebaran virus COVID-19 masih tinggi,” lanjut Sri Mulyani.

 

Dari sisi penerimaan, peningkatan terlihat konsisten. Per Oktober 2021, penerimaan negara tumbuh 18,2% (yoy). Penerimaan negara terutama didorong oleh Pajak Penghasilah (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN/PPnBM), cukai, bea masuk dan keluar, pendapatan SDA Migas dan SDA Non-Migas, PNBP Lainnya, dan pendapatan BLU.

 

Per Oktober 2021, belanja negara, tumbuh 0,8% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Kenaikan belanja terutama dipengaruhi oleh peningkatan kinerja realisasi Belanja Pemerintah Pusat dari belanja untuk proyek infrastruktur dasar dan konektivitas, pengadaan peralatan/mesin, dukungan penanganan kesehatan/vaksinasi, dan penyaluran bantuan dalam rangka PEN.

 

“Kerja keras APBN untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di bidang Kesehatan telah terealisasi sebesar 63%; perlindungan sosial 75,5%; dukungan UMKM dan korporasi 50,4%; program prioritas 64%; dan insentif usaha 99,4%,” ujar Sri Mulyani.

 

Upaya pemulihan ekonomi di kuartal IV diharapkan semakin baik melalui kinerja APBN. Potensi risiko kinerja APBN tetap dicermati dan dimitigasi, untuk memastikan bahwa peran APBN dalam upaya pemulihan ekonomi tetap optimal. Pemerintah akan berupaya untuk menjaga pandemi tetap terkendali, dengan disiplin protokol kesehatan masyarakat dan vaksinasi yang terus didorong seiring aktivitas masyarakat kembali normal. (fms)