Hasil Kerja Keras APBN November 2021: Pemulihan Ekonomi bukan Hanya Narasi

Jakarta (21/12) - Konferensi pers #APBNkita kembali digelar secara virtual untuk melihat sejauh mana realisasi APBN bulan November 2021. Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu beserta jajaran pimpinan Eselon I Kementerian Keuangan lain menghadiri acara ini. Dalam konferensi pers ini di-highlight bahwa penanganan COVID-19 dan vaksinasi menjadi penggerak utama pemulihan ekonomi tanah air.

Indikator ekonomi makro menunjukkan sinyal pemulihan yang semakin menguat. Indeks kepercayaan konsumen hingga November mulai membaik seiring dengan relaksasi PPKM. Sementara itu, indeks PMI Manufaktur Indonesia pada bulan November terus melanjutkan level ekspansi.

“Indonesia telah berhasil menghadapi serangan gelombang kedua dan Varian Delta yang memuncak pada Juli 2021 lalu dengan jumlah kasus harian di bawah angka 1,000 sejak pertengahan September 2021. Vaksinasi di Indonesia bahkan menempati urutan kelima dunia setelah China, India, Amerika Serikat, dan Brasil,” ujar Sri Mulyani.

Sekitar 39,62% populasi atau 107,05 juta jiwa penduduk Indonesia telah menerima vaksinasi lengkap dan sekitar 56,04% populasi atau 151,42 juta jiwa telah mendapatkan suntikan vaksinasi pertama.

“Dengan pengendalian pandemi dan vaksinasi tersebut, perekonomian kuartal akhir 2021 diproyeksikan tumbuh di atas 5%,” lanjut Sri Mulyani yakin.

Di sisi sektor moneter dan keuangan, kredit perbankan tumbuh, ekonomi Indonesia menguat terhadap Dunia. Kredit perbankan terus tumbuh positif dengan didukung oleh suku bunga yang akomodatif. Kenaikan kredit perbankan salah satunya menunjukkan pemulihan kepercayaan bisnis.

Ekspor dan impor juga menunjukkan konsistensi peningkatan kekuatan eksternal Indonesia. Kinerja ekspor yang baik mendorong neraca perdagangan secara keseluruhan agar tetap surplus. Cadangan devisa sebagai penopang ketahanan sektor eksternal juga mengalami peningkatan.

“Cadangan devisa Indonesia bulan November 2021 tercatat sebesar USD 145,9 miliar, meningkat dari bulan sebelumnya yang berada di posisi USD 145,5 miliar. Cadangan devisa ini setara dengan 8,1 bulan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani melanjutkan bahwa defisit APBN Bulan November lalu turun drastis. Defisit anggaran sampai dengan akhir November 2021 sebesar Rp611 triliun atau 3,63% PDB atau 60,7% dari pagu APBN 2021. Realisasi defisit 2021 diperkirakan lebih rendah dibandingkan target APBN yaitu 5,7% yakni di sekitar 5-5,2% PDB.

Turunnya defisit seiring dengan komitmen Pemerintah menuju konsolidasi fiskal di 2023. Kebutuhan pembiayaan anggaran menurun tajam sejalan dengan membaiknya penerimaan APBN serta optimalisasi pemanfaatan SAL.

“Tahun 2021 ini kita sudah melihat cerita pemulihan ekonomi,” ungkap Sri Mulyani..

Pemerintah akan terus menjaga perbaikan kesehatan APBN sehingga APBN akan menjadi instrumen yang tetap bisa diandalkan dalam situasi apapun. Pembiayaan APBN akan terus dikelola secara hati-hati dan terukur untuk menjaga kesinambungan fiskal. (fms)