Kepala BKF: Pemerintah Berupaya agar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Berkualitas

Jakarta (17/02): Kepala BKF Febrio Kacaribu berkesempatan menjadi pembicara dalam Seminar on Strategic Issues in G20: Exit Strategy & Scarring Effect. Seminar ini merupakan side event dalam rangkaian pertemuan Finance Track G20. Bersama-sama dengan Ekonom CORE Hendri Saparini dan Prof. Iwan Jaya Azis dari Universitas Cornell, Febrio membahas isu terkait Exit Strategy dan Scarring Effect.

“Krisis yang disebabkan pandemi dapat meninggalkan luka yang mendalam (scarring effect)bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia,” ujar Febrio.

Lebih lanjut, Febrio menyampaikan bahwa Indonesia sangat beruntung karena ekonomi Indonesia di tahun 2021 terkontraksi hanya 2,1%. Mayoritas negara di dunia terkontraksi jauh lebih besar bahkan 2 digit. Hal ini tentunya merupakan hasil kerja keras berbagai pihak yang saling bahu-membahu. Sementara itu, pada tahun 2021, Indonesia dihadapkan dengan tantangan munculnya varian Delta yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bertahan di 3,7%. Banyak negara yang ekonominya masih berada di bawah level pra pandemi. Namun saat ini, ekonomi kita sudah berada di atas level pra pandemi.

“Kenapa ini istimewa? Karena banyak negara belum sampai ke level PDB 2019,” jelas Febrio.

Meskipun sudah menurun, tingkat pengangguran Indonesia belum kembali ke level pra pandemi. Kemiskinan Indonesia sudah menurun namun pemerintah akan terus berupaya mengejar tingkat extreme poverty menuju 0.

“Kita ingin pertumbuhan ekonomi Indonesia berkualitas, pengangguran harus turun lebih jauh lagi, kemiskinan harus turun lebih jauh lagi, dan inilah yang kita komunikasikan secara leadership ke negara-negara lain,” ujar Febrio.

Febrio berharap semoga kita bisa menunjukan leadership kita dengan efektif dalam Presidensi G20 Indonesia dan juga membawa konsensus untuk dunia yang lebih baik. (cs)