Konferensi Tahunan IRSA Jadi Ajang Masukan Kebijakan Untuk Pemerintah

Lombok (19/07) - Bekerja sama dengan Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Indonesia Regional Science Association (IRSA) menyelenggarakan konferensi tahunan ke-17 di Lombok, Mataram. Tahun ini, acara yang di-host oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram ini menghadirkan tema COVID-19 Disruption and Regional Development in Small Island Economies. 

Perhelatan konferensi tahunan IRSA kali ini menghadirkan peneliti dari berbagai institusi pemerintahan di Indonesia dan akademisi dari dalam dan luar negeri. Selain itu, berbagai pembicara tamu internasional seperti Prof. John Gibson dari Universitas Waikato, New Zealand, Prof. Fukunari Kimura dari Universitas Keio, Jepang, serta Prof. Alessandra Faggian dari Gran Sasso Science Institute, Italia. Selain itu, hadir pula Prof. Iwan Jaya Aziz dari Cornell University, Amerika Serikat, Amalia A. Widyasanti, Deputi Bidang Ekonomi, Bappenas, serta Ida Aju (Daju) Resosudarmo, research fellow dari Australian National University.

Dalam kesempatan ini, BKF mengirimkan putra-putri terbaiknya untuk berpartisipasi dalam berbagai sesi presentasi yang dihadirkan dalam acara tersebut. Paper pertama berjudul VAT in health sector: Lessons from Indonesia yang disusun oleh 11 analis BKF (Hadi Setiawan, Rakhmindyarto, M. Nasir, Sofia Arie Damayanty, Suska, Dhani Setiawan, Rita Helbra Tenrini, Anda Nugroho, Eko Wicaksono, Tri Achya Ngasuko, Nugraheni Kusumaningsih, Ferry Afi Andi, Citra Handayani Nasruddin, dan Ami Muslich). Di samping itu, terdapat juga paper Road to recovery: Assessing job risk and the impact on the most vulnerable in Indonesia’s pandemic-hit tourism industry (Futu Faturay bersama dengan penulis dari institusi lain).

Selain itu, ada sesi presentasi khusus BKF, yang menghadirkan lima paper dari analis BKF. Yang pertama ada Comparative Study of Land and Building Tax Stimulus in Rural and Urban Sector (Afif Hanifah dan Dhian Adhetiya Safitra); Does National Community Empowerment Program in Rural Areas Develop Village’s Social Capital? (Yuventus Effendi); Analysis of Spatial Gender Inequality and Regional Economy (Aktiva Primananda Hadiarta dan Rina Karlina); Subsidy Management Deficiency on State Owned Enterprises in Indonesia (Afif Hanifah bersama dengan penulis dari institusi lain); The Cost Benefit Analysis of Mangrove Rehabilitation in the Coastal Region as the Source of Blue Carbon Storage (Mahpud Sujai); dan Analysis of Import Logistics Costs at Indonesian Ports (Nugraheni Kusumaningsih).

Dalam kesempatan ini, BKF memberikan penghargaan BKF Paper Award, yang diraih oleh Daniel Halim, Sean Hambali, and Ririn Salwa Purnamasari dari World Bank dengan paper berjudul Not All That It Seems: Narrowing of Gender Gaps in Employment during the Onset of COVID-19 in Indonesia; Dimas Prasetyo, Lury Sofyan, and Pyan Amin Muchtar dari Nudgeplus Indonesia dan Dwiana Piarah dari Universitas Hassanudin dengan judul Nudging to Handwash During the Pandemic – The Use of Visual Priming and Salience; serta Militcyano Samuel Sapulette dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia, Nury Effendi, Fitri Hastuti, and Eva Ervani dari Padjajaran University, dan Vera Intanie Dewi dari Parahyangan University dengan judul Interregional Assessments of MSME Credit Channeling amid the Pandemic: Analyzing the Role of the Digital Business Environment.

Dalam pidato penutupannya, Febrio menyampaikan mengenai peningkatan ketidakpastian global pasca pandemi COVID-19 yang saat ini menjadi tantangan tersendiri. Karena itu, Pemerintah membutuhkan banyak masukan dan saran yang konstruktif dalam berbagai kebijakan ekonomi dari kalangan akademisi, think tank dan masyarakat agar dapat merumuskan kebijakan yang dapat menjawab permasalahan dengan tepat.

“Untuk mengumpulkan banyak ide, wawasan dan saran dari masyarakat khususnya akademisi, BKF dan IRSA bersama-sama mengadakan sesi khusus untuk memperkuat proses pembuatan kebijakan berbasis penelitian. Sesi ini bertujuan untuk menyajikan makalah yang inovatif dan berwawasan luas tentang dampak gangguan ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, regional, dan pengembangan sektor keuangan” ujar Kepala BKF Febrio Kacaribu.

(aew/fms)