Sri Mulyani: Produk Keuangan Syariah Bisa Jadi Solusi Tantangan yang Dihadapi UMKM

Jakarta (24/08) - Kementerian Keuangan kembali menyelenggarakan The Annual Islamic Finance Conference (The AIFC) ke-6 yang dilangsungkan secara virtual pada tanggal 24-25 Agustus 2022. Mengangkat tema "Islamic Finance Role in MSMEs Empowerment: Boosting Capability and Fostering Inclusiveness for Sustainable Future", konferensi ini diharapkan dapat menjaring masukan dan rekomendasi yang nyata sehingga keuangan syariah dapat berkontribusi lebih besar bagi sektor UMKM dan berkembang lebih pesat.

AIFC ke-6 merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Islamic Development Bank Institute (IsDB), Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), dan Universitas IPB. Konferensi dan seminar diisi oleh para ahli keuangan dunia, diantaranya Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Wakil Presiden Keuangan Islamic Development Bank Group Zamir Iqbal. 

“UMKM merupakan tulang punggung perekonomian dunia,” ungkap Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Muryani dalam pidato kuncinya.

Lebih lanjut, Menkeu menyampaikan kondisi UMKM yang secara empiris saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan pendanaan, termasuk akses informasi yang asimetris.

“Model atau portofolio produk keuangan syariah yang tersedia untuk UMKM, termasuk pendanaan, garansi, tabungan, transfer, dan jasa manajemen kas yang digabungkan dengan teknologi digital, berpotensi menjadi solusi karena semua informasi dapat diperoleh dengan lebih efisien dan lebih murah, serta dapat mengatasi permasalahan terkait informasi yang asimetris.” ungkap Menkeu

Menkeu menjelaskan bahwa memberdayakan UMKM merupakan langkah yang tepat secara moral dan strategis dalam pengembangan ekonomi. Dalam kerangka tersebut, keuangan Islam memainkan peranan penting melalui penerapan prinsip transaksi yang adil dan setara.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu juga turut memberikan sambutan dalam acara ini. Febrio berharap acara ini dapat memberikan arah kebijakan yang lebih jelas tentang bagaimana memaksimalkan peran keuangan syariah dalam perekonomian kita guna mendukung pemulihan yang lebih kuat, berkelanjutan, dan lebih inklusif.

Tidak hanya konfrensi, AIFC ke-6 juga menggelar kompetisi Call for Paper (makalah) dari akademisi dan praktisi ekonomi syariah yang berasal dari dalam dan luar negeri. Adapun tema Call for Paper yang diadakan terbagi menjadi beberapa sub-tema, yang antara lain mencakup isu transformasi digital, ekonomi hijau, ekonomi halal, keuangan sosial dan pengentasan kemiskinan, serta kebijakan publik. (cs/ab)