BKF Bahas Perekonomian Nasional dan Regional Manado di Tengah Ketidakpastian Global

Manado, (10/7)  Isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) serta pelemahan aktivitas ekonomi global masih menjadi perhatian Pemerintah. Ketidakpastian ekonomi global tersebut pada gilirannya akan memengaruhi perekonomian nasional dan regional. Untuk membahas hal tersebut, Badan Kebijakan Fiskal kembali menyelenggarakan seminar Forum Ekonom Kementerian Keuangan (FEKK) di Manado.

Mengawali seminar, Riznaldi Akbar, Kepala Bidang Pengembangan Model dan Pengolahan Data Makro BKF menjelaskan bahwa isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menimbulkan gejolak pasar uang global yaitu terjadi apresiasi dolar AS terhadap mata uang negara berkembang termasuk Indonesia. Di samping itu, pelemahan aktivitas ekonomi global dan sentimen perang dagang juga berimbas pada penurunan harga-harga komoditas. Ketidakpastian global ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk mewujudkan visi Indonesia 2045 untuk menjadi negara maju. Tantangan lainnya adalah upaya Pemerintah untuk keluar dari middle income trap.

Untuk keluar dari jebakan ini, hal-hal yang masih perlu dioptimalkan adalah dengan membangun infrastruktur yang layak, memperkuat kualitas SDM, dan memperkaya inovasi dan teknologi, ungkap Riznaldi. Sementara itu, dalam jangka menengah kebijakan terobosan untuk mendukung stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi antara lain meningkatkan produktivitas SDM dan membangun infrastruktur, reformasi institusi, transformasi ekonomi, serta pendalaman sektor keuangan.

Dari sisi regional, perekonomian Manado masih tumbuh dengan baik walaupun ada gejolak di perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada Q1-2019 sebesar 6,58%, yang sebagian besar didukung oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 2,65%, ungkap Muhdi, Kepala Kanwil DJPB Provinsi Sulawesi Utara. Walaupun demikian, Muhdi menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi ini masih dianggap di bawah pertumbuhan potensial sebesar 6,7-7,0% dikarenakan sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi masih sektor tradisional/ ekstraksi yang nilai tambahnya masih rendah.

Berdasarkan penelitian ekonom regional dari Universitas Sam Ratulangi ditemukan adanya disparitas pertumbuhan perekonomian antara provinsi dan kabupaten/ kota di Sulawesi Utara. Pertumbuhan ekonomi daerah berkembang pesat, namun pertumbuhan ekonomi beberapa kabupaten/kota lebih kecil dari kinerja ekonomi Sulawesi Utara, ungkap Noldy Tuerah, Ekonom Universitas Sam Ratulangi. Lebih lanjut, menurutnya porsi pertumbuhan sektor industri relatif melambat, sementara peran subsektor industri makanan dan minuman dan industri pengolahan relatif meningkat. Di samping itu, peran komponen ekspor dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) semakin membaik terhadap pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan temuan penelitian tersebut, Noldy merekomendasi beberapa kebijakan untuk pemerintah provinsi antara lain pengalokasian dana yang lebih besar untuk kegiatan sektor basis kabupaten/kota, peningkatan alokasi dana fungsi ekonomi dan bidang pelayanan dasar publik, pengalokasian dana bantuan untuk kabupaten/kota dengan pertumbuhan dan IPM rendah, perbaikan tata kelola keuangan daerah, serta penggunaan Online Single Submission (OSS) guna menarik investasi swasta ke daerah.

Seminar FEKK sendiri merupakan seminar rutin yang diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal. Gelaran di Manado ini terselenggara atas kerja sama BKF dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Provinsi Sulawesi Utara. Seminar ini dihadiri oleh pejabat dan staf pemerintah provinsi/ kabupaten/ kota, Kanwil Kementerian Keuangan, instansi Pemerintah Pusat di daerah (BPS, OJK, BI, BEI), asosiasi, perbankan, akademisi, mahasiswa, dan media massa lokal. (sy/hh)