Sri Mulyani Jelaskan Kinerja APBN sampai 31 Juli 2019

Jakarta, (26/08):  Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa di Gedung Juanda, Senin (26/8/2019) menjelaskan kinerja dan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai 31 Juli 2019.

“Hingga akhir Juli pertumbuhan ekonomi kita berada di 5,05 persen; inflasi berada di 2,34 persen, lebih rendah dibanding asumsi APBN tahun ini; nilai tukar di Rp14.283 per dolar AS, juga jauh lebih kuat dibanding asumsi tahun ini; suku bunga 5,65 persen, masih di bawah asumsi namun pada semester satu sudah terjadi sedikit penurunan; serta harga minyak berada sebesar 63,3 dolar AS per barrel, lebih rendah dibandingkan harga pada asumsi makro,” ujar Sri Mulyani menjelaskan perkembangan tabel asumsi makro 2019.

Sedangkan dari sisi penerimaan negara, tercatat realisasi penerimaan perpajakan Januari-Juli 2019 sebesar 810,7 Triliun Rupiah. Angka tersebut baru mencapai 45,4 persen dari target penerimaan perpajakan 2019, lebih rendah dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu. Secara umum, penerimaan perpajakan tumbuh 3,9 persen, lebih rendah dibanding tahun lalu namun beberapa jenis penerimaan perpajakan mengalami pertumbuhan yang lebih baik di tahun 2019.

“Jadi sisi penerimaan negara yang merupakan cermin dari kondisi ekonomi kita, terefleksi di dalam pendapatan negara baik pajak, bea cukai dan PNBP. Terlihat bahwa ekonomi kita mengalami tekanan dari gejolak global yaitu ekspor negatif dan harga komoditas menurun,” lanjut Sri Mulyani.

Selanjutnya pada sisi belanja, belanja negara mencapai 1.236,5 triliun atau tumbuh 7,9 persen, sedikit lebih kuat dibanding tahun lalu yang tumbuh 7,7 persen. “Kalau kita lihat dekomposisinya, berbeda dengan tahun lalu, tahun ini yang kuat adalah belanja daerah, sedangkan belanja K/L masih relatif sama,” ungkap Sri Mulyani.

Risiko perlambatan ekonomi dan ketidakpastian pasar keuangan global perlu untuk diwaspadai. Kebijakan APBN hingga akhir tahun diarahkan untuk menahan perlambatan ekonomi domestik di tengah  perlambatan ekonomi dan ketidakpastian pasar keuangan global. (cs/fm)