Indonesia Macroeconomic Update 2021

Jakarta (08/04):  Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan kembali menggelar Webinar “Indonesia Macroeconomic Update 2021”. Acara yang dipandu oleh Andini Effendi ini membahas mengenai kondisi perekonomian Indonesia terkini serta respons pemerintah dalam rangka penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi. Hadir sebagai pembicara pertama, Kepala BKF Febrio Kacaribu menyampaikan bahwa kondisi pandemi secara global masih menghadapi tantangan, tetapi jika dilihat secara domestik kasus COVID-19 berada dalam tren penurunan. Pemerintah dan masyarakat berhasil menurunkan kasus harian rata-rata, kurvanya semakin melandai dan semakin menuju perbaikan. Selain itu, Indonesia dibandingkan banyak negara, tergolong yang paling cepat dalam melakukan vaksinasi. Hal sangat memberikan sentimen positif bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

“Mudah-mudahan vaksinasi ini dapat lebih cepat lagi sehingga kita dapat menuju herd immunity lebih segera dan tentunya akan tercermin di dalam performance perekonomian kita di tahun 2021 ini,” ujar Febrio.

Lebih lanjut, Febrio mengungkapkan bahwa APBN berhasil menahan dampak pandemi COVID-19. Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada APBN 2020 telah terealisasi sebesar Rp2.589,9 Triliun yang digunakan untuk menjaga kualitas hidup masyarakat miskin dan rentan, mendukung UMKM, serta memberikan insentif bagi dunia usaha.

“Jadi ini yang membuat ekonomi negara kita di tahun 2020 kemarin sangat resilience dibandingkan banyak negara lain,” jelas Febrio.

Febrio menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia telah melanjutkan fase pemulihan sejak kuartal 3 di tahun 2020. Pemulihan ekonomi on-track dan akan terus didorong lebih cepat melalui vaksinasi serta dukungan kebijakan countercyclical program PEN. Konsumsi masyarakat dalam fase pemulihan dan perlu didorong lebih cepat. Selain konsumsi, tren pemulihan juga ditunjukkan dari sisi produksi, terutama sektor unggulan seperti manufaktur dan pertambangan. Berbagai indikator menunjukan peningkatan confidence di awal 2021. Hal ini terlihat dari harga komoditas dan kegiatan perdagangan yang membaik, pasar keuangan yang stabil dan cadangan devisa berada pada tingkat yang aman. 

Indonesia optimis pandemi dapat dikendalikan dan aktivitas sosial akan ekonomi terus berangsur pulih. Pemerintah akan terus melanjutkan kebijakan prioritas, yaitu vaksinasi massal, penguatan 3M & 3T, dan program PEN 2021 yang diperkuat dibanding tahun sebelumnya. 

“Konsumsi masyarakat akan kita dorong, konsumsi pemerintah akan semakin berkualitas tentunya prioritasnya adalah untuk kesehatan, lalu pemerintah juga akan menjadi katalis untuk investasi melalui pemberian barang modal yang cukup strategis,” kata Febrio. 

Pada sesi selanjutnya, Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual berbicara mengenai kondisi sektor keuangan 2021. David mengungkapkan bahwa dari 64.000 perusahaan yang ada dalam ekosistem BCA, jika dilihat dari indeks transaksi bisnis, sudah ada pemulihan yang cukup konsisten sejak kuartal 3 tahun 2020. Siklus ekonomi kita selalu mengikuti siklus komoditas. David berharap, ke depan, pulihnya ekonomi global akan diikuti dengan pulihnya sektor komoditas yang akan merembes ke berbagai sektor yang selama pandemi ini agak terpuruk.

Paparan terakhir, disampaikan oleh Ketua Umum APINDO Hariyadi Sukamdani. Berdasarkan survei internal yang dilakukan APINDO, mayoritas responden yang berasal dari sektor usaha mengaku bahwa pandemi berdampak langsung terhadap penjualan dan profit perusahaan. Pemerintah kemudian memberikan berbagai stimulus pajak, salah satunya yakni PPn-BM yang ditanggung pemerintah untuk kendaraan bermotor. Menurut Hariyadi, stimulus ini menarik karena ketika diberikan, pasar langsung bergerak. Harapannya stimulus ini dapat diberikan di sektor lainnya, seperti sektor properti. (cs)