Peran Kebijakan Fiskal Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Global

Jakarta (11/3) - Perekonomian Indonesia terus melanjutkan momentum pertumbuhan yang baik walaupun sedang dihadapkan pada ketidakpastian global. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sehat, kesejahteraan rakyat juga terus membaik terlihat dari angka kemiskinan dan pengangguran tahun 2018 sebesar 9,66% dan 5,34%, terendah dalam catatan sejarah. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Suahasil Nazara, saat mengawali sesinya pada acara Economic Outlook 2019 di The Ritz Carlton Pacific Place Jakarta (18/2).

“Pemerintah saat ini sedang berusaha mengurangi gini ratio, tentunya dengan kebijakan fiskal sebagai salah satu alatnya,” ujar Suahasil.

“Tahun lalu pertumbuhan ekonomi berada pada angka 5,17%. Konsumsi merupakan satu komponen paling penting atas pertumbuhan ekonomi dan angka 5,13% pada konsumsi 2018 merupakan angka yang cukup baik,” ungkap Suahasil melanjutkan paparannya terkait perkembangan ekonomi terkini.

Peran dari kebijakan fiskal adalah memastikan konsumsi terus meningkat, belanja negara dan investasi juga tumbuh dengan sehat. Dalam hal meningkatkan konsumsi, pemerintah telah membuat porsi anggaran untuk perlindungan sosial dan subsidi dengan tujuan untuk menjaga daya beli dan stabilitas harga. Sedangkan untuk meningkatkan investasi, pemerintah memastikan adanya anggaran untuk menjalankan pembangunan infrastruktur sebab tidak ada yang mau berinvestasi jika infrastruktur belum memadai.

“Anggaran pemerintah salah satunya berasal dari pajak. Namun pemerintah tidak hanya mengumpulkan pajak, pemerintah juga memberikan insentif pajak. Sebagian insentif pajak diperuntukkan untuk semua sektor seperti Tax Holiday dan Tax Allowance; sebagian lainnya diperuntukkan untuk sektor khusus; serta ada juga insentif pajak berdasarkan wilayah seperti zona ekonomi khusus dan zona perdagangan bebas,” jelas Suahasil

“Saat ini pemerintah mulai mengestimasikan berapa besaran penerimaan perpajakan yang berkurang atau tidak jadi dikumpulkan akibat adanya insentif ini. Pada tahun 2017, estimasi besarannya yaitu sebesar 154,4 T atau 1,14% dari GDP. Estimasi besaran tersebut kita sebut Tax Expenditure,” lanjut Suahasil.

“Pemerintah berusaha melihat keseimbangan antara insentif perpajakan dan penerimaan perpajakan. Satu rupiah yang dikumpulkan oleh pemerintah akan menjadi belanja negara, namun disisi lain jika satu rupiah tersebut tetap dibiarkan berada dalam perekonomian akan membantu meningkatkan investasi dan juga konsumsi. Pemerintah saat ini terus berupaya mencari keseimbangan tersebut,” tutup Suahasil.

Economic Outlook 2019 merupakan acara yang digelar oleh Maybank dengan tujuan untuk membahas perkembangan, prospek, dan tantangan ekonomi global, khususnya mengenai kawasan asean di tengah ketidakpastian global. (cs/fm)