BKF Gelar AIFC ke-4 di Surabaya

Surabaya, (24/7); Dengan total jumlah aset melebihi $2 milyar secara global, potensi keuangan Islam untuk berkontribusi terhadap SDGs diprediksi akan terus tumbuh apabila didampingi dengan komitmen tingkat tinggi. Besarnya aset global keuangan Islam menjadi momentum yang tepat mengingat upaya Pemerintah Indonesia dalam menginisiasi  keuangan Islam dan investasi berdampak (impact investing).

Sejalan dengan itu, pada tanggal 24 – 25 Juli 2019, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Islamic Development Bank Group (IsDBG), Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS), Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), United Nations Development Programme (UNDP), the World Bank, Refinitiv, dan Universitas Airlangga menyelenggarakan Annual Islamic Finance Conference (AIFC) ke-4 di Surabaya, dengan mengangkat tema “Blending Islamic Finance and Impact Investing for the SDGs.”. AIFC adalah event tahunan BKF Kemenkeu yang menghadirkan para pembuat kebijakan, ekonom, akademisi, dan pelaku industri untuk mendiskusikan berbagai isu ekonomi dan keuangan islam baik di Indonesia maupun di dunia.

Dalam sambutannya, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo menyampaikan bahwa keuangan syariah memiliki potensi peran yang besar dalam impact investment. “Tujuan investasi syariah adalah untuk mencapai hal yang baik dan menghindari hal yang haram, serta adanya kewajiban mengeluarkan zakat kepada yang berhak. Hal ini sejalan dengan impact investing yaitu tujuan bisnis tetap tercapai dan bisa memberikan manfaat kepada masyarakat dalam mencapai SDGs,” ujar Mardiasmo. 

Selain itu, Mardiasmo juga menyampaikan dana sosial yang dikelola secara syariah dalam bentuk cash wakqf, hasilnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas masyarakat seperti sanitasi, nutrisi ibu dan anak. Sementara konsep impact investment dalam keuangan syariah diwujudkan Pemerintah dalam penerbitan green sukuk yang digunakan untuk membangun 727 km jalur kereta double-track, pengelolaan sampah untuk 3,4 juta rumah tangga, dan 121 pembangkit listrik mini tenaga matahari.

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak yang berkesempatan memberikan welcoming remarks menyampaikan pentingnya dampak investasi selain dari soal keuntungan. “Jika kita berinvestasi tidak hanya mencari keuntungan semata, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan, saya yakin kita akan memperoleh outcome yang lebih baik,” kata Wagub muda ini. Emil juga menceritakan bahwa saat ini Pemerintah Provinsi Jawa Timur sedang membangun Indonesia Islamic Science Park (IISP) di Madura. IISP akan menjadi Pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Timur dan pusat destinasi wisata halal/ syariah yang bertaraf internasional yang terdiri dari 20% edukasi, 30% seni budaya, dan 50% pariwisata.

Dalam pidatonya, Wahid Abdelwahab, Direktur Jenderal Country Relations and Services Islamic Development Bank menyampaikan bahwa memadukan potensi keuangan Islam dan impact investing dapat memobilisasi sumber keuangan tambahan untuk pembangunan berkelanjutan, meningkatkan dampak sosial, lingkungan, dan keuangan dari investasi melalui peningkatan koordinasi dan percepatan kemajuan menuju Agenda 2030.

Sementara itu, menurut Christophe Bahuet, UNDP Indonesia Resident Representative, pembiayaan adalah bagian penting untuk pencapaian agenda SDGs pada tahun 2030. Dikatakan Bahuet, bauran pembiayaan syariah dan impact investment dapat menciptakan peluang besar untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan SDGs.

Setelah lebih dulu sukses digelar di Jakarta, Yogyakarta, dan Makassar, pada penyelenggaraan AIFC ke-4 kali ini juga digelar 5 panel diskusi dengan tema-tema menarik yang menghadirkan pembicara prominen baik dari dalam maupun luar negeri. (atw/cs)

Tautan Siaran Pers AIFC