Fokus APBN 2020 Sejalan dengan Program Prioritas Sulawesi Tenggara

Kendari, (27/08): Di akhir Agustus 2019 ini, Badan Kebijakan Fiskal kembali menyelenggarakan Seminar Forum Ekonom Kementerian Keuangan (FEKK) bertempat di Kendari, Sulawesi Tenggara. Seminar FEKK yang diselenggarakan kali ini masih sama seperti Seminar FEKK sebelumnya di Samarinda, Kalimantan Timur yang mengusung tema “Menjaga Kesehatan APBN di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global”.

Merupakan rangkaian diseminasi yang diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Seminar FEKK ini menfokuskan pembahasan mengenai kondisi perekonomian Indonesia terkini dan kebijakan fiskal yang diambil dalam mendukung perekonomian Indonesia. Seminar FEKK dihadiri oleh akademisi, ekonom daerah, perwakilan BPS, BI, OJK, perbankan, praktisi, serta pegawai pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah Kendari dan sekitarnya.

Seminar FEKK dibuka oleh Nur Endang Abas selaku Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam sambutan pembukanya, Nur menyampaikan bahwa seminar FEKK merupakan kegiatan strategis dalam mendukung perkembangan perekonomian di Sulawesi Tenggara. Perekonomian nasional telah mengalami berbagai dinamika yang memberikan pengaruh postif atau negatif untuk perekonomian Sulawesi Tenggara. Dikatakan Nur, pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara terus berupaya menyusun kebijakan yang tepat, tetapi juga tidak lupa mengomunikasikan dengan para pemangku kepentingan untuk kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tenggara. Secara umum, capaian indikator makro ekonomi pemerintah provisi Sulawesi Tenggara dalam kondisi positif. Selain itu, Nur mengatakan bahwa peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga menjadi fokus pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara dengan disertai pendampingan KPK. Salah satu upaya peningkatan PAD adalah melalui basis data yang baik. Lebih lanjut, Nur menyatakan bahwa fokus RAPBN tahun 2020 sejalan dengan pembangunan yang ditujukan untuk penguatan SDM dan pengarusutamaan gender dalam mengambil peran nyata dalam proses pembangunan di Sulawesi Tenggara, juga sejalan dengan pelaksanaan program prioritas Sulawesi Tenggara.

Sesi diskusi dibuka dan dimoderatori oleh Djoni Djofianus Sampe. Beliau adalah penyiar RRI Kendari. Diskusi diisi dengan tiga topik dengan menghadirkan tiga pembicara prominen. Topik pertama oleh Muhammad Syarif, Ekonom Universitas Halu Oleo dengan materi bertema “Menjaga Kondisi Ekonomi Makro dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara di Tengah Ketidakpastian Global”. Muhammad Syarif menjelaskan perbedaan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi serta kaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan penduduk dan pengangguran Sulawesi Tenggara. Menurut Syarif, tingkat inflasi dan stabilitas harga di Sulawesi Tenggara masih stabil. Selain itu, sektor pertanian, perdagangan, dan jasa berperan besar dalam distibusi PDRB dan ketersedian lapangan pekerjaan di Sulawesi Tenggara.

Selanjutnya topik kedua disampaikan oleh Riznaldi Akbar, Kepala Bidang Pengembangan Model dan Pengolahan Data Makro, Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal dengan pemaparan bertema “Menjaga Kesehatan APBN di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global.” Riznaldi Akbar menjelaskan bahwa proyeksi perekonomian global masih flat dan berdampak terhadap perekonomian Indonesia yang sebagian besar masih bergantung dari komoditas termasuk di Sulawesi Tenggara. Perekonomian di Sulawesi Tenggara digerakkan oleh beberapa komoditas, contohnya nikel. Beruntungnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional dikarenakan tingginya harga nikel. Oleh karena itu, Sulawesi harus bangga karena pertumbuhan ekonomi Sulawesi hampir selalu di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

Topik ketiga disampaikan oleh Ririn Kadariyah, Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan tema “Kinerja Fiskal Daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara”. Ririn Kadariyah menyampaikan beberapa hal, yakni gambaran realisasi APBN tingkat regional s.d. semester I tahun 2019, penerimaan pajak dari sektor industri pengolahan yang meningkat jauh lebih besar dari sektor lainnya, serta kontribusi dan pertumbuhan PDRB yang berasal dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang memiliki kemampuan dalam menyerap tenaga kerja paling banyak. (AIP/RR)