Di Tengah Gejolak Perekonomian Global, Pemerintah Terus Upayakan Perekonomian yang Stabil di Tahun 2020

Jakarta (29/08) – Melanjutkan raker dengan Komisi XI DPR RI kemarin (28/08), siang ini Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati didampingi oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara beserta jajaran Eselon I Kementerian Keuangan lainnya kembali hadir pada raker lanjutan terkait Pembahasan dan Pengambilan Keputusan Asumsi Makro RAPBN 2020.

Asumsi dasar ekonomi makro RAPBN 2020 meliputi: (i) Pertumbuhan Ekonomi 5.3%; (ii) Inflasi 3.1% yoy; (iii) Nilai Tukar Rp14,400/USD; (iv) Suku Bunga 5.4%; (v) Harga Minyak US$65/barrel; (vi) Lifting Minyak 734,000 barrel/hari; dan (vii) 1,191,000 barrel/hari.

“Pertumbuhan ekonomi 2020 diproyeksi akan ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga, PMTB, dan perbaikan ekspor. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tumbuh stabil. Investasi (PMTB) diperkirakan membaik. Ekspor berpotensi membaik, sementara Impor masih berpotensi meningkat”, jelas Sri Mulyani.

Stabilitas harga akan dijaga stabil pada level yang rendah. Pengendalian inflasi di tahun 2020 akan dilakukan melalui menjaga keterjangkauan harga, menjaga ketersediaan pasokan, menjamin kelancaran distribusi, menjaga ekspektasi inflasi masyarakat, dan peningkatan koordinasi serta sinergi kebijakan yang dilaksanakan di tingkat pusat dan daerah bersama Bank Indonesia.

“Pergerakan nilai tukar rupiah pada tahun 2020 antara lain dipengaruhi oleh faktor risiko ketidakpastian global, harga komoditas yang relatif stagnan, perbaikan fundamental ekonomi Indonesia, dan kebijakan untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah”, lanjut Sri Mulyani.

Suku Bunga SPN 3 bulan diperkirakan ada pada angka 5.4% di tahun 2020 yang didukung beberapa faktor, seperti perspektif positif pelaku pasar, terjaganya stabilitas ekonomi makro Indonesia, kebijakan pendalaman sektor keuangan dan likuiditas dalam negeri, dan arus likuiditas global menuju Emerging Market.

“Sedangkan harga minyak mentah Indonesia yang diperkirakan ada pada US$65/barel, didasari beberapa faktor diantaranya: pertumbuhan permintaan minyak mentah global di tahun 2020 yang lebih tinggi dibanding 2019, penurunan produksi OPEC, mulai diterapkannya pembatasan tingkat sulfur pada kapal-kapal tanker, ketidakpastian keberlanjutan pemangkasan produksi minyak tanah oleh OPEC dan risiko masih berlanjutnya perang dagang AS dan Tiongkok”, sambung Sri Mulyani.

Sri Mulyani juga menambahkan bahwa pemerintah terus berupaya menjaga target lifting migas tahun 2020 dengan mendorong aktivitas eksplorasi berkelanjutan, menjaga tingkat produksi lapangan migas existing, dan melakukan exploration roadshow ke berbagai negara guna menjaring potensi investor.

“Bagaimanapun, risiko perlambatan ekonomi global di tahun 2019 dan 2020 diperkirakan semakin nyata sehingga pemerintah harus mengantisipasi dampaknya pada perekonomian nasional termasuk antisipasi kebijakan fiskal ke depannya”, lanjutnya.

Sri Mulyani menutup dengan kesimpulan bahwa APBN tahun 2020 dirancang untuk mendukung akselerasi peningkatan daya saing dan kualitas sumber daya manusia. Postur RAPBN 2020 diarahkan agar tetap ekspansif mendorong perekonomian dengan sasaran yang lebih terarah dan terukur. (fms/cs)