Sektor Tersier Penyumbang Terbesar pada Perekonomian Indonesia Kuartal Tiga

Jakarta, (18/11) – Pembahasan realisasi #APBNkita kembali diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan. Bertempat di Mezzanine, Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, konferensi pers dihadiri oleh lebih dari 30 media massa (18/11).

Perekonomian setiap negara di dunia sedang diuji. Pasalnya, perang dagang masih menjadi isu besar global hingga saat ini. Perkembangan ekonomi global saat ini tumbuh terendah sejak krisis keuangan global 2008 dengan proyeksi memiliki tren turun. Hal ini bersumber dari arus perdagangan yang melemah. Ketidakpastian Brexit masih terus berlangsung. Kondisi perekonomian negara-negara di wilayah Amerika Latin saat ini juga dalam keadaan yang kurang baik. Ekonomi Tiongkok juga terus melemah, Jepang dan Korea Selatan masih terus terlibat perang dagang.

“Dengan segala gejolak global tersebut, Indonesia masih tetap bisa menjaga pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5% sesuai data Q3 BPS”, ungkap Sri Mulyani.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa sektor industri menunjukkan adanya tekanan yang signifikan. Industri pengolahan mengalami pertumbuhan 4.15% pada kuartal tiga 2019. Di sisi lain, industri pertanian mengalami penurunan akibat musim kemarau panjang yang menyebabkan kontraksi bahan baku pangan.

“Meski demikian, industri sektor informasi dan komunikasi tumbuh kuat sebesar 9.15%. Hal ini menunjukkan meski secara umum industri mengalami tekanan, tetap ada sektor yang bertahan dan ada sektor yang menguat”, lanjutnya.

“Per Oktober 2019, sektor tersier (industri pergudangan, transportasi, informasi dan komunikasi, jasa keuangan, dan jasa-jasa lainnya) memberikan sumbangan terbesar pada ekonomi kita selama Q3”, jelas Sri Mulyani lebih lanjut.

Perekonomian Indonesia pada kuartal tiga 2019 didorong oleh permintaan domestik. Konsumsi Rumah Tangga serta investasi mencapai 8.74%. Penanaman Modal Asing (PMA) tumbuh dari 9.6% ke 17.8%. Sri Mulyani menilai momentum ini bisa diakselerasi melalui langkah-langkah pemerintah untuk memperbaiki iklim-iklim investasi dan menghilangkan hambatan-hambatan yang ada di regulasi melalui formasi Kabinet Indonesia Maju.

“Dengan berbagai kondisi yang ada saat ini, pondasi perekonomian Indonesia masih resilence di tengah gejolak global yang tak kunjung henti”, tutup Sri Mulyani yakin. (fms/is)