Indonesia dan Korea Selatan Eksplorasi Langkah Efektif terkait Aksi Iklim

Jakarta (04/02):  Teknologi memiliki peran yang sangat penting dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan bersama pemerintah Korea Selatan, dan didukung oleh Global Green Growth Institute menggelar “Indonesia-Korea Joint Workshop – Accelerating Climate Technology and Entrepreneurship” pada Kamis, (04/02) melalui video conference. Acara ini bertujuan untuk mengeksplorasi langkah-langkah efektif dalam mendukung wirausaha dengan solusi teknologi iklim. 

“Kemajuan teknologi, terutama dalam menjawab kebutuhan aksi iklim, telah memberikan pilihan baru yang menjanjikan dalam merespons dampak buruk perubahan iklim,” ujar Kepala BKF Febrio Kacaribu saat membuka acara.

Febrio menjelaskan bahwa teknologi menawarkan cara yang lebih efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Seringkali, teknologi ini berasal dari ide-ide segar perusahaan rintisan yang sedang banyak berkembang dan diakselerasi oleh mereka. Di 2019, perusahaan rintisan ini menyumbang sekitar 3 triliun USD bagi ekonomi global.

Menyadari potensi untuk lebih mendorong pertumbuhan techno-preneurship dan kebutuhan untuk mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam melaksanakan aksi yang berkaitan dengan iklim, Pemerintah Indonesia mulai merumuskan insentif bagi sektor swasta untuk berkontribusi dalam aksi tersebut. Insentif itu termasuk insentif pajak, dana insentif daerah dan biaya jasa pengelolaan sampah, fasilitas pengembangan proyek, dan fasilitas peningkatan kredit. Selain itu, mekanisme pendanaan iklim eksternal, seperti Green Climate Fund (GCF), juga memberikan insentif bagi sektor swasta untuk mengakses pendanaan mereka dalam upaya mengembangkan proyek iklim yang kuat di negara berkembang.

Febrio juga mengungkapkan bahwa Republik Korea telah menjadi salah satu pemimpin dalam pengembangan dan inovasi teknologi secara global. Hal ini berkat keterampilan dan investasi yang kuat dalam penelitian dan pengembangan. Dalam hal teknologi iklim, Republik Korea telah berhasil melaksanakan penelitian dan pengembangannya dalam beberapa inovasi ramah iklim, antara lain teknologi baterai isi ulang, carbon capture and storage (CCS) technologysmart grids, dan pengolahan limbah.

“Baik Republik Korea maupun Indonesia masing-masing memiliki kekuatan dalam menawarkan solusi iklim yang nyata,” kata Febrio.

Febrio berharap acara ini dapat menjadi ajang untuk bertukar pengalaman dan mengeksplorasi potensi kolaborasi antara pemangku kepentingan terkait dalam teknologi iklim dan kewirausahaan di Korea dan Indonesia. (cs)