Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Risiko Perlambatan Global

Jakarta, (16/09/2023) – Neraca perdagangan bulan Agustus 2023 kembali mencatatkan surplus sebesar USD3,12 miliar. Secara kumulatif dari Januari hingga Agustus 2023, surplus neraca perdagangan mencapai USD24,34 miliar. Dengan demikian, Indonesia telah mengalami surplus perdagangan selama 40 bulan berturut-turut.

“Neraca perdagangan Indonesia masih tercatat surplus di bulan ini, di tengah risiko global yang masih tinggi karena adanya penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi dunia. Artinya resiliensi Indonesia masih terjaga dengan baik dan ini harus tetap kita pertahankan bahkan kita tingkatkan”, ungkap Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu.    

Ekspor bulan Agustus 2023 tercatat USD22,00 miliar yang terkontraksi 21,21% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terutama didorong oleh penurunan ekspor semua sektor. Secara kumulatif, ekspor periode Januari hingga Agustus 2023 mencapai USD171,52 miliar. Sementara itu, impor di bulan Agustus 2023 tercatat USD18,88 miliar, terkontraksi 14,77% (yoy), terutama bersumber dari penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal, sedangkan impor barang konsumsi masih tumbuh sebesar 15,47% (yoy). Secara kumulatif impor periode Januari hingga Agustus 2023 tercatat USD147,18 miliar.   

Penurunan kinerja ekspor tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi di banyak negara, akibat melemahnya aktivitas ekonomi dunia. Ekspor Tiongkok dan India terkontraksi selama Januari hingga Agustus 2023. Di Kawasan ASEAN, ekspor Vietnam juga mengalami kontraksi dalam periode yang sama. Sementara Malaysia dan Thailand mengalami kontraksi pada periode Januari hingga Juli 2023. Hal ini menunjukkan bahwa dampak perlambatan ekonomi global terjadi secara luas. 

Meskipun pertumbuhan ekspor Indonesia secara nilai termoderasi, namun masih menunjukkan peningkatan secara volume. Permintaan ekspor produk unggulan Indonesia masih kuat, tercermin dari pertumbuhan volume ekspor non migas yang masih tumbuh 9,5% pada periode Januari hingga Agustus 2023. Volume ekspor bahan bakar mineral termasuk batu bara, minyak hewani atau nabati, besi baja, kendaraan, logam mulia dan nikel, secara kumulatif pada Januari hingga Agustus 2023 masih meningkat signifikan.  

Ke depan, kinerja ekspor-impor Indonesia diperkirakan masih berada dalam tren positif, meskipun sedikit melambat seiring dengan moderasi harga komoditas dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Keberlanjutan tahapan hilirisasi mineral yang terus didorong untuk dapat mendukung dan berpartisipasi dalam rantai pasok global juga diyakini terus memberikan manfaat yang signifikan pada daya saing dan kinerja ekspor nasional. 

“Dampak penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global, terutama dari negara mitra dagang utama Indonesia, mulai dirasakan khususnya pada kinerja perdagangan. Untuk itu, Pemerintah akan terus mengambil langkah-langkah antisipatif dengan terus mendorong keberlanjutan hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA), meningkatkan daya saing produk ekspor nasional, dan diversifikasi mitra dagang utama,” tutup Febrio. (Strkm/fms)