Indonesia Jadi Tuan Rumah International Economic Association Ke-19

Jakarta (02/07) – Tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah kongres International Economic Association (IEA) ke-19 yang bertemakan ‘Equity, Sustainability and Prosperity in a Fractured World’. Menteri Keuangan Sri Mulyani, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu hadir dalam rangkaian acara ini sebagai panelis.

IEA adalah konferensi akademis internasional yang diselenggarakan per tiga tahunan. IEA bertujuan untuk mempererat hubungan antara ekonom di seluruh dunia melalui pertemuan ilmiah dan organisasi. Terdapat lebih dari 40 sesi dan 100 pembicara yang terdiri dari ekonomis ternama, pembicara ahli dan beberapa pemenang nobel ekonomi.

“Satu hal yang pasti kita bisa pelajari dari pandemic COVID-19, bagaimana pandemi ini membawa kita kepada tingginya ketidakpastian secara global. Itulah mengapa kebijakan pemerintah dalam merespon pandemi ini harus sangat fleksibel. Pemerintah Indonesia akan terus bekerja sangat keras untuk memastikan situasi saat ini dapat teratasi dengan sangat baik termasuk mengakselerasi kembali program vaksinasi,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menyampaikan remarks nya pada upacara pembukaan.

Sri Mulyani melanjutukan bahwa Pemerintah percaya bahwa upaya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan akselerasi vaksinasi, kita akan dapat terus bertahan di tengah situasi saat ini dan secara bersamaan dapat melanjutkan momentum pemulihan yang saat ini juga masih berjalan dengan kuat.

“Di Indonesia, kita akan terus menjadikan momen krisis ini sebagai momentum untuk kita semakin mendalami implementasi reformasi struktural. Meskipun pandemi COVID-19 terus bergulir dan mengakibatkan tingginya ketidakpastian, Pemerintah terus merancenakan bagaimana mensiasati iklim investasi dan perdagangan agar dapat lebih efisien. Saat ini kita masih terus berkutat dengan perencanaan Omnibus Law dimana 72 peraturan akan dikemas menjadi satu peraturan. Tentunya ini menjadi bagian yang bersejarah untuk Indonesia,” ungkap Sri Mulyani pada panel diskusi ‘Asian and Global Policy Issues’.

Kementerian Keuangan juga saat ini mengeluarkan reformasi perpajakan yang akan membuat pemulihan perekonomian Indonesia semakin kuat. Reformasi besar juga dilakukan pada sektor pendidikan dan Kesehatan. Sri Mulyani menegaskan bahwa jangan sampai suatu negara menyia-nyiakan kondisi krisis sebagai momentum reformasi. Pemerintah yakin dengan reformasi-reformasi yang dilakukan di tengah pandemi ini, Indonesia akan bangkit lebih kuat pasca pandemi.

“Saat ini Pemerintah Indonesia juga fokus dalam kebijakan penyeimbangan dimana di satu sisi terus melanjutkan upaya-upaya pemulihan, dan secara bersamaan sebagai Menteri Keuangan saya harus melakukan upaya-upaya konsolidasi fiskal untuk dapat mengatasi dan bertahan di tengah pandemi COVID-19 secara kuat. Defisit tahun lalu ada pada 6,1%, dan tahun ini ditargetkan pada 5,7% dan kita akan terus memperbaikinya secara bertahap dengan anggota parlemen,” lanjut Sri Mulyani.

Sri Mulyani berharap dapat menemukan titik keseimbangan di antara pemulihan ekonomi dan terus menjaga keberlanjutan dan kesehatan fiskal, baik untuk jangka menengah maupun jangka Panjang. (fms)